Minggu, 02 September 2012

Umar Ibnul Khattab (Al Faruq) lll




Keluhan Hati, Adab dan Sifat Malunya
           Umar Ra sangat mendambakan ia dikubur di samping kedua rekannya yaitu Rasulullah Saw dan Abubakar Ra.
Setelah peristiwa penikaman terhadap dirinya, ia merasakan ajalnya sudah dekat. Oleh karena itu ia memanggil putranya, Abdullah, dan berkata, "Pergilah kepada Aisyah Ummul mukminin dan katakan padanya Umar mengirim salam untuknya dan jangan sebut aku dengan Amirul mukminin dihadapannya karena sesungguhnya bagi orang-orang mukmin aku bukan amir dan katakan pila padanya bahwa aku minta diijinkan dikubur di samping kedua orang kawannya.
            Setelah mendengar titah ayahnya, Abdullah pergi ke rumah Aisyah Ra, lalu pulang kembali ke rumahnya memberitahukan bahwa Aisyah mengijinkannya.
            Umar berkata lagi kepada Abdullah, "Apabila aku wafat, usunglah aku di atas balai-balai dan bila sampai di rumah Aisyah jangan masuk sebelum mendapat ijinnya."
Bila pada suatu hari anda di beri rezeki dan kesempatan untuk berziarah ke kuburan Rasulullah Saw, janganlah melupakan kawan beliau yang gagah berani ini, yaitu Umar Ra. Hadapkanlah kepalamu ke kuburannya dan ucapkan:
                       "Salam bagimu wahai yang denganmu Allah memuliakan islam. Salam bagimu, wahai yang membela haq dengan batil dalam islam. Salam bagimu wahai yang selalu berkata benar. Salam bagimu wahai yang mengasuh anak-anak yatim dan suka menghubungkan silahturahmi. Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu dan alangkah nikmat dan baiknya tempat kesudahan itu.


Al-Faruq Berjaga Malam Untuk Mengayomi
Anak-anak
          Salah satu kisah yang membuktikan keagungan Umar Ra adalah tatkala pada suatu malam ia mendengar tangis anak-anak di sebuah rumah. Terdengar pula suara ibu mereka menenangkan anak-anaknya.
          Umar kemudian mendatangi rumah tersebut dan meminta ijin kepada ibu itu agar diperbolehkan masuk. Ibu itu menjelaskan padanya bahwa ia sedang menenangkan anak-anaknya yang menangis kelaparan. Untuk menghibur dan menenangkan anak-anaknya ia sengaja merebus batu.
          Ibu yang malang itu tidak tahu bahwa orang yang datang malam-malam ke rumahnya adalah Amirul mukminin.Umar bertanya kepadanya, "Wahai ibu, mengapa kamu tidak datang kepada Amirul Mukminin untuk meminta pangan?"
          Si ibu menjawab, "Selaku Amirul mukminin seharusnya dia tahu nasib rakyatnya."
Mendengar perkataan itu, Umar segera pamit dengan wajah duka. Sepanjang jalan ia menangis tersedu-sedu. Bersama pengawalnya ia pulang kerumah nya.
          Sesampai di rumahnya, Umar mengumpulkan gandum ke dalam karung, kemudian dipikulnya karung gandum itu seorang diri menuju rumah ibu itu.
          Sesampainya di sana, ia rebus sendiri gandum tersebut dan setelah masak, ia berikan kepada anak-anak yang tengah kelaparan itu dan sesudahnya ia pun bergurau dengan mereka sampai anak-anak itu tertidur.


Pujian Nabi Saw  Terhadap Umar
           Pujian dan cinta Nabi Saw terhadap Umar Ra begitu besarnya, sehingga beliau bersabda: "Yang paling kokoh dalam agama Allah dari Umatku ialah Umar."
           Sahabat Abbas Ra berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
                      "Sesungguhnya aku memiliki dua penasehat (menteri) dari ahli langit dan dua orang penasehat (menteri) dari ahli bumi. Yang ahli langit ialah malaikat Jibril dan Mikail, sedangkan yang dari ahli bumi adalah Abubakar dan Umar. Merekalah pendengaran dan pengliatanku."               (HR. Alhaakim, Ibnu Asaakir dan Abu Na'im dalam Fadhailus Sohabah)
         
Dari Aisyah Ra Nabi Saw pernah bersabda:
                       "Sesungguhnya setan-setan menyingkir (menghindar) apabila berjumpa dengan Umar."    (HR. Ibnu Asaakir)

Rasulullah Saw pun bersabda:
                       "Paling kasih sayang dari umatku adalah Abubakar dan paling keras dalam agama Allah adalah Umar."            (HR. Ahmad, Ibnu Maajah, Alhaakim, Attirmidzi)


Cinta Umar Kepada Rasulullah dan
Meneladaninya
              Pada suatu hari Hafsah Ummul mikminin berkata kepada Umar, "Apabila datang utusan-utusan dari negeri-negeri lain hendaknya anda mengenakan pakaian yang lebih (indah) elok dan suruhlah dibuatkan makanan yang mewah untuk hidangan kepada anda dan hadirin."
              Mendengar perkataan anaknya, Umar Ra menjawab, "Hai Hafsah, tidakkah kamu tahu bahwa yang paling mengetahui tentang seseorang adalah istrinya?"
              Hafsah menjawab, Ya, benar."
              Umar Ra berkata lagi, "Tahukah kamu sesudah Rasulullah Saw menjadi nabi beberapa tahun lamanya, beliau dan keluarganya tidak pernah kenyang makan kurma, kecuali sesudah Allah menguasakan khaibar baginya?"

                           "Tahukah kamu ketika pada suatu hari Rasulullah disodori hidangan makanan yang mewah lalu beliau merasa tidak senang sehingga air mukanya berubah, lalu beliau menyingkirkan hidangan tersebut?"
                           "Tahukah kamu Rasulullah bisa tidur beralaskan kain berlipat dua. Tetapi pada suatu malam alas kain itu dilipat empat. Ketika bangun beliau bersabda,  "Kalian mencegahku bangun (shalat) malam dengan alas kain yang tebal ini. Lipat saja seperti biasanya."
                           "Beliau tertidur pulas karena beralaskan kain tebal, sehingga tidak terbangun utuk shalat malam. Tahukah kamu ketika Bilal azan untuk shalat, Rasulullah Saw tidak segera keluar karena menunggu pakaiannya yang dicuci belum kering?"
                          "Hai ,Hafsah, dua kawanku terdahulu menempuh jalan itu dan bila aku menempuh jalan yang berbeda tentu aku akan terbawa kepada jalan yang bukan jalan mereka."
                           "Aku akan bersabar meniru kehidupan mereka yang keras. Semoga aku dapat menikmati kehidupan mereka yang penuh kebahagiaan."

Itulah kecintaan Umar kepada kedua sahabatnya, Rasulullah Saw dan Abubakar. Tidak hanya itu saja, karena keinginannya yang kuat untuk berjumpa kedua sahabatnya yang mulia di surga, dengan segala daya ia teladani peri kehidupan mereka.



Doa - doa Umar Ra
          Umar Ra selalu mendekatkan diri kepada Allah. Di tengah malam dan penghujung siang hari, ia selalu berzikir.
Setelah diangkat menjadi khalifah, ia selalu berkata:
                       "Ya, Allah, sebagaimana e=Engkau tahu, aku ini berwatak keras. Oleh karena itu lunakkanlah aku. Aku ini lemah, ya Allah,maka kuatkanlah aku. Aku ini kikir, maka jidikanlah aku hambaMu yang pengasih, pemurah dan dermawan."

        Ketika terjadi kelaparan pada tahun kemarau panjang (tahun Ramadah), dia berdoa:
                        "Ya, Allah, janganlah Engaku jadikan kebinasaan umat Muhammad di tanganku."

        Ketika dia melepas pasukan untuk penyebaran agama, dia berdoa:
                        "Ya, Allah, anugerahkan bagiku rezeki gugur di jalanmu atau wafat di kota nabiMu."

Setelah usianya makin tua ia berdoa:
                         "Ya, Allah, usiaku makin tua, kekuatanku makin surut (lemah), rakyatku makin menyebar luas, maka wafatkanlah aku tanpa menyia-nyiakan dan melalaikan tanggung jawabku."


Negeri-negeri yang Dikuasainya
           1. Di negeri Syam antara lain, Alyarmuk, Basra, Dimaskus, Yordania, Bisan, Thobariyah, Aljabiyah, Palestina, Ramlah, Asqolan,  Gaza, tepi-tepi laut, Baitil Makdis.
           2. Di Afrika yaitu Mesir, Iskandariyah, Hirah, Tripoli Barat (Libia), Barqoh dan lain-lain.
       Di Irak dan Persia, yaitu negeri Alqadisiyah, Hirah, seluruh Persia, seluruh Armenia, Almausil, delta sungai Ifrat, dan Dajlah, Khurasan, Albasrah, Nisabur, Azerbijan, Nahawind, Ashbahan, Hammadzan dan lain-lain.
       Rahmat Allah baginya, Umar adalah orang yang rendah hati karena Allah. Makanan dan pakaiannya sangat sederhana. Ia tak segan-segan membawa tempat air di pundaknya. Ia juga menuggang keledai tanpa pelana dan menunggang unta dengan berpelana daun.
       Tertawanya sedikit sekali. Ia jarang bergurau, selalu tampak serius dan berwibawa.

Dia memakai cincin bertatah tulisan,
                           "Cukup kematian sebagai pelajaran, hai Umar."


Kilauan Sejarahnya Yang Harum
           Umar Ra pernah berkata, "Tidak halal bagiku harta Allah, kecuali dua stel pakaian. Yang satu untuk musim dingin dan yang satu stel untuk musim panas. Pangan untuk keluargaku adalah seperti untuk orang dari Quraisy yang bukan ukuran terkaya lagi pula aku termasuk salah seorang muslimin."
           Ketika aku melantik seorang penjabat, Umar menulis surat perjanjian dengan disaksikan oleh beberapa orang kaum Muhajirin. Isi perjanjian tersebut:
                            "Tidak boleh menunggang kuda yang biasa untuk angkut barang, tidak boleh memilih-milih makanan, tidak boleh berpakaian mewah, tidak boleh menutup pintu rumah bagi orang-orang yang berkepentingan." Kalau melanggar salah satu isi perjanjian ini maka akan dikenakan hukuman.

       Muawiyah bin Abi Sufyan Ra menyifatkan Umar dan Abubakar dengan ucapnya:
                           "Adapun Abubakar tidak menghendaki dunia dan dunia tidak menghendakinya. Adapun Umar dikehendaki oleh dunia tapi dia tidak menghendakinya. Adapun kita bergelimang dalam lumpur dunia dari mulai punggung sampai perut.

       Ketika Umar pergi menunaikan ibadah haji bersama anaknya, ia telah mengeluarkan enam belas dinar. Lalu ia berkata kepada anaknya, "Kita telah berlaku boros."
       Pada suatu malam ketika Umar pergi ke Masjid, ia mendengar tangisan bayi yang menghiba itu, ia hampiri rumah tersebut. Setelah ibu mengijinkan masuk, Umar Ra berkata, "Bertakwalah kepada Allah, berlaku baiklah kepada bayimu.
       Ketika Umar pulang, masih juga terdengar suara tangis bayi tadi, lalu dia mengetuk pintu rumah itu sekali   lagi. Umar bertanya,  "Mengapa semalaman bayimu menangis?" Si ibu menjawab, "Wahai hamba Allah aku mencoba memberinya makan tetapi dia menolak."
       Umar bertanya, "Mengapa? "Si ibu menjawab, "Bantuan pangan dari Umar hanya diperuntukkan untuk bayi yang sudah disapih."
Umar bertanya lagi, "Berapa usia bayimu ini?"
Si ibu menjawab, "Sekian bulan."
Umar berkata lagi, "Kalau begitu jangan cepat-cepat kau sapih anakmu."
        Sepanjang jalan Umar menangis dengan peristiwa tersebut dan ia berkata kepada dirinya, "Celakalah kamu Umar, berapa anak kaum muslimin yang telah kamu bunuh."
        Setelah peristiwa itu, Umar menetapkan suatu keputusan yang di umumkan ke seluruh pelosok daerah dan wilayah. Bunyi surat keputusan itu:
                 "Jangan cepat-cepat menyapih bayi. Setiap bayi yang lahir mendapat tunjang dari negara."


Wafatnya Umar Ra
         Sepulang dari menunaikan ibadah haji pada tahun 23 Hijriah, dia berdoa:
                  "Ya, Allah, aku mohon kepada Engkau agar aku dapat mati syahid di jalanMu dan wafat di bumi rasulMu."
         Ternyata Allah mengabulkan doanya. Kedua keinginannya itu terkabul.
Ketika Umar Ra akan shalat subuh di Mihrab pada hari Rabu, tanggal 26 Zulhijjah, tahun 23 Hijriah, dia di tikan oleh seseorang Mujusi bernama Abu Lu'luah atau Fairus yang berasal dari Persi (tapi bertempat tinggal di wilayah Romawi)
         Fairus adalh pelayan Almughirah bin Syu'bah. Umar di tikam tiga atau enam enam tusukan, satu di antaranya di bawah pusat dengan badik berujung dua.
         Setelah menikam Umar Ra, Fairus kemudian menikam setiap orang yang dijumpainya, sehingga ada enam orang yang tewas dan tujuh luka-luka.
         Tapi Alhamdulillah, Fairus segera di sekap oleh Abdullah bin Auf dengan jubahnya sampai Fairus tidak berdaya. Lalu ia bunuh diri dengan menikam tubuhnya sendiri. Laknat Allah untuk Abu Lu'luah Almajusi atau Fairus!

         Dengan darah yang mengalir dari sela-sela lukanya, Umar Ra di usung kerumahnya sebelum matahari terbit. Terkadang ia pingsan dan terkadang pula ia sadarkan diri.
Ketika di ingatkan tentang shalatnya, Umar berkata: Oh Ya tidak ada keislaman bagi siapa yang meninggalkanya. "Lalu saat itu juga ia shalat.
         Setelah shalat, dia bertanya kepada sahabatnya, "Siapa yang tadi telah menikamku. Maka di jawab, "Abu Lu'luah Almajusi, pelayan Almughirah bin Syu'bah."
Mendengar jawaban itu Umar justru berkata, "Alhamdulullah, yang menjadikan wafatku oleh orang yang mengaku beriman tapi tidak pernah bersujud kepada Allah.
         Selama tiga hari setelah penikaman itu, Umar Ra masih bertahan hidup. Tapi stelah it di saat berusia 63 tahun (sama dengan umur Rasulullah Saw dan Abubakar) ia wafat.
Umar memangku jabatan khalifah selama 10 tahun 6 bulan 5 hari. Anaknya berjumlah 13 orang, 9 laki-laki dan 4 perempuan.


Kesaksian Seorang Wanita
         Setelah Umar wafat, seorang wanita bernama Ibnatu Abi Hatmah menangis dan berkata, "Wahai Umar, engkau selalu meluruskan segala sesuatu yang bengkok.
Engkau selalu memadamkan segala api fitnah dan menghidupkan sunah-sunah. Engkau meninggalkan dunia dengan bersih dan engkau bebas dari segala aib dan cemar.
         Mendengar ucapan wanita itu, Ali bin Abi Thalip Ra. Memberi komentar, "Benar apa yang di wanita itu. Umar pergi meninggalkan alam fana ini dengan membawa segala kebaikan dan meninggalkan segala keburukan. Semua orang sependapat dengan wanita itu."


Wasiat Umar Menjelang Wafat
         Sebelum belum wafat, Umar Ra berwasiat agar usarusan khalifah dan pimpinan kepemerintahan dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat keridhoan Nabi Saw ketika Nabi Saw akan wafat. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalip, Thalhah bin Uabidillah, Azzubair ibnul Awwam, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf.
        Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, "Aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup dan sesudah mati. Kalau Allah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka (yang keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu Saw.
        Karena ketinggian wara'nya (sikap hati-hati) maka Umar Ra sengaja tidak menunjuk anak paman dan adik iparnya sendiri, yaitu Said bin Zaid bin Amru bin Nufail. Ia khawatir orang lain menuduhnya "karena dia masih keluarga Umar", meskipun Said bin Zaid adalah salah seorang dari kesepuluh orang yang memperoleh kabar gembira masuk surga.
       Umar juga berpesan kepada sahabatnya yang enam orang itu, agar putranya, Abdullah, menghindari musyawarah tetapi ia tidak memiliki kuasa apapun. Kehadiran Abdullah hanya untuk mengutarakan pendapat saja. Ia tidak boleh diserahi kekuasaan apapun.
       Kemudian ia juga berpesan agar selama sidang musyawarah yang menjadi imam shalat adalah Suhaib bin Sanan Arrumi sampai musyawarah itu usai.
       Umar Ra hanya mengangkat ke enam orang itu tidak menyertai Ubaidah ibnul Jarrah (orang kesepuluh yang diberitakan masuk surga) karena ia telah wafat. Ia juga tidak mengangkat Said bin Zaid (orang yang kesembilan diberitakan masuk surga) karena ia adalah iparnya sendiri. Selain itu Said tidak berminat memangku jabatan apapun. Dia hanya ingin menjadi tentara yang terjun ke kancah perang perluasan dan dakwah. Ia bercita-cita gugur sebagai syahid di medan tempur dan Umar Ra mengetahui itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar