Jumat, 31 Agustus 2012

Umar Ibnul Khattab (Al Faruq) II




Umar Sebagai Khalifah
          Mungkin anda mengira kekerasan dan keganasan setelah menyertai Umar sampai masa khalifahnya. Tapi sesungguhnya tidak demikian. Stelah menjadi khalifah, Umar Ra berubah menjadi manusia lain. Ia mengumumkan tentang dirinya dengan ucapanya:
                    "Jangan kamu mengira sifat kerasku tetap bercakol. Sejak awal ketika aku bersama Rasulullah Saw, aku selalu menjadi penjaga keamanan dan ketentraman negeri (menteri dalam negeri). Di masa Abubakar pun tetap demikian. Tetapi kini setelah urusan diserahkan kepadaku, akulah orang yang paling lemah dihadapan yang haq."


Keutamaan dan Tindakannya yang tepat
         Pada suatu hari datang seorang utusan kaisar menemuinya dengan diantar oleh beberapa orang pengawal. Pada waktu itu Amirul Mukminin sedang tidur di kebun dengan berbantalkan batu bata. Melihat hal tersebut utusan kaisar berkata kepadanya, Wahai Umar, sungguh anda telah berlaku adil. Oleh karena itu anda dapat tidur dengan enak dan aman."
        Setelah negeri Syam dapat ditaklukkan dan direbut dari penjajahan Romawi, Umar pergi mengunjungi Palestina. Dalam kunjungannya itu ia diminta memakai pakaian kebesaran dalam suatu upacara yang merih. Tapi karena keteguhan dan kesadaran pada keimanannya, ia menolak semua itu dan tetap memakai pakaian sehari-hari.
     
        Begitulah, Rasulullah Saw mampu membangun suatu umat dan telah mendidik mereka menjadi pemimpin-pemimpin yang shaleh, berkepribadian mulia dan mampu mengemban tugas di bidangnya masing-masing, seperti Umar Ra dan Abubakar Ra.
       Umar Ra adalah seorang pemimpin umat dan dunia yang telah berhasil dibina, ditempa dan dipersiapkan Rasulullah Saw untuk memangku jabatan, tanggung jawab, dan mengurus segala persoalan dan peristiwa besar. Namun Umar Ra terpadu dengan daulah islam, emperium Persia dan Romawi, dan semua kerajaan yang tercatat dalam sejarah.
        Tanpa islam dan tanpa kenabian Muhammad Saw orang tidak akan mendengar dan tidak akan mengetahui siapa Umar.
         Abubakar Assiddiq Ra memiliki sifat yang lemah lembut dan tenang, sedangkan Umar bersifat keras, tegas, dan tegar. Itulah dua sifat yang dipadukan oleh Nabi Saw.

        Ketika menghadapi perang Badar, Umar Ra bersifat keras agar semua tawanan dibunuh, sedangkan Abubakar Ra mengusulkan agar mereka dibebaskan. Tapi sebaliknya, ketika menghadapi kaum pembangkang (murtad) Umar Ra bersikap lunak, sedangkan Abubakar Ra bersikeras menindak mereka dengan perang. Dalam urusan ini Umar Ra mempunyai alasan, yaitu:
                     "Rasulullah Saw memerangi orang-orang Arab dengan wahyu Allah dan para malaikat membantu dengan pertolonganya, tapi kini wahyu Allah telah putus. Oleh karena itu tetaplah di rumah dan masjidmu hai Abubakar. Kita tidak usah memerangi mereka."

         Tapi Abubakar menjawab, "Bila musuh kita banyak sedangkan jumlah kita sedikit maka setan akan menyuruh (mengendali) kita seperti itu. Demi Allah, aku harus meninggikan agama ini atas semua agama walaupun orang-orang musrikin tidak menyukainya."
Namun Rasulullah Saw pernah bersabda:
                    "Allah Azza Wajalla melunakkan hati pemimpin-pemimpin sehingga lebih lunak dari susu, dan mengeraskan hati mereka sehingga lebih keras dari batu. Kamu hai, Abubakar seperti (nabi) Ibrahim ketika berkata:
                   "... Maka barang siapa yang mengikutiku maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku dan barang siapa mendurhakai aku maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."     (Ibrahim 36)

Kata Rasulullah kembali, "Dan engkau hai Abubakar, seperti isa ketika berkata:
                  "Jika engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."     (Al Maidah 118)

"Dan, Umar seperti Nuh yang berkata:
                        "Ya, Robbku, janganlah Engkau berikan seseorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi."
"Dan engkau, seperti Musa yang berkata:
                        " ...Ya Robb kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih."  (Yunus 88)
         Itulah pendidikan dan bimbingan kenabian (madarasah nubuwah).



Sifat Mendalam Sebagai Ringkasan
Kehidupannya
          Sahabat Abdullah ibnu Mas'ud berkata:
                        "Keislaman Umar adalah perintis jalan. Hijrahnya adalah kemenangan, sedangkan kepemimpinannya (khalifahnya) adalah rahmat (ilahiyah)

         Keislaman Umar adalah perintis, pembuka jalan, dan pendorong kaum muslimin dalam menyatakan keislaman mereka secara terbuka. Dengan adanya Umar, mereka berani melakukan shalat secara terang-terangan di hadapan masyarakat Quraisy tanpa takut diganggu.
         Hijarahnya Umar merupakan kemenangan, sebab dialah yang paling bersikap tegas terhadap kaum Yahudi dan kaum munafik di Madinah. Kepemimpinannya adalah rahmat, karena pada waktu itu kaum muslim benar-benar menghayati kehidupannya. Dewasa ini penghayatan terhadap kehidupan yang hakiki amat didambakan oleh seluruh umat manusia di dunia baik yang berada di Timur maupun Barat. Oleh karena itu tidak heranlah bila Rasulullah Saw bersabda:  "Sesungguhnya haq adalah di lidah dan dalam hati Umar.


Menerima Kunci Kota Baitul  Maqdis
          Setelah Palestina dikuasai muslimin, Umar Ra pergi ke Baitul Maqdis untuk menerima kunci kota dari penguasa lama. Pada waktu itu Umar hanya mengenakan pakaian biasa dan berjalan kaki sambil menuntun sendiri kudanya.
          Para penduduk Baitul Maqdis termasuk para pastur, rahib dan pendeta berdiri berderet di sepanjang jalan untuk mnyaksikan Khalifah Amirul Mukminin.
          Tapi alangkah terkejutnya dan herannya mereka menyaksikan Umar Ra dalam keadaan amat bersahaja. Mereka sama sekali tidak menyangka orang yang sedang mereka lihat ini adalah Amirul Mukminin. Biasanya para pembesar yang selama ini mereka saksikan berpenampilan megah dan mewah.



Keadilan Umar Ra
          Pada suatu hari putra Amru Aash (gubernur Mesir) berpacu kuda dengan orang-orang Mesir. Tapi kemudian mereka berselisih dalam menentukan pemenangnya.
          Putra gubernur Amru marah dan memukul orang yang Mesir tersebut seraya berkata, "Aku ini putra dua orang yang mulia."
          Perbuatan putra Amru itu dilaporkan kepada Umar ibnul Khattab. Umar lalu memanggil mereka dengan disertai gubernur Amru sediri. Setelah melakukan pengecekan, maka diputuskan orang Mesir tersebut harus membalas pukulan anak gubernur dengan pukulan lagi. Orang Mesir itu juga di suruh memukul gubernurnya, dengan demikian putranya tidak akan berani lagi memukul orang secara sembarangan. Hanya karena kekuasaan ayahnyalah ia berani melakukan hal tersebut.
          Umar Ra lalu berkata kepada gubernur Amrul ibnul Aash dengan nada keras,
                            "Sejak kapan kamu memperbudak manusia pada hal mereka dilahirkan oleh ibu-ibu mereka dalam keadaan bebas merdeka?"

          Dengan berbagai alasan yang dapat diterima dan dengan disaksikan banyak orang gubernur Amru akhirnya dapat terbebas dari hukuman.
          Sebelum masuk islam, Jabalah bin Alaiham dan seluruh kaumnya adalah penguasa di daerahnya. Sebelumnya dia adalah seorang Nasrani.
          Pada saat ibadah haji, jubah yang dipakai Jabalah terinjak oleh seorang awam. Jabalah lalu menampar muka orang awam itu itu di hadapan para hujjaj.
          Orang awam tersebut kemudian melapor kepada Umar Ra. Umar memutuskan agar orang awam itu membalas tamparan tersebut di hadapan umum, karena Umar tidak mau membeda-bedakan antara rakyat awam dengan penguasa.



Ujian Kahalifah Umar Ra  : Tahun Kemarau
(Malapetaka)
           Pada masa khalifah Umar terjadi kemarau panjang yang dahsyat yang dimulai pada akhir musim haji tahun 18 Hijriah sampai awal musim haji tahun 19 Hijriah.
           Bumi menjadi kering dan hitam kelabu. Selama hampir setahun, tidak setetes pun air hujan turun. Untuk mengatasi kemarau panjang tersebut, Umar memulai dari dirinya sendiri. Ia membatasi diri dan keluarganya makan makanan lezat, seperti samin, daging dan buah-buahan. Ia menyuruh penata makanan agar menghidangkan roti dan minyak saja.
          Kelaparan makin meluas. Banyak penduduk terancam mati kelaparan. Musim dingin tiba dan angin kencang pun membahana membawa maut. Peristiwa ini melanda seluruh jaziah Arabia.
          Penduduk pedalaman yang lapar datang memasuki kota Madinah. Mereka di terima Umar dengan memberikan bantuan pangan sepenuhnya. Bahkan Umar sendirilah yang langsung menanganinya. Tapi semakin hari, persediaan makanan semakin menipis.
          Umar Ra kemudian menulis surat ke beberapa gubernur. Suratnya kepada gubernur Mesir Amru ibnul Aash berbunyi:
                       "Dari: hamba Allah Amirul mukminin
                        Kepada Al 'aashi ibnul Aash Di tempat salam untukmu.
                        Apakah kamu akan membiarkan aku dan rakyat sekelilingku binasa, sedang kamu dan rakyat sekeliling mu hidup berkecukupan? Maka dari itu tolonglah aku, dan tolonglah.

Amru ibnul Aash menjawab surat Umar. inilah isinya:
                       "Amma ba'du
Bantuan dan pertolongan akan segera tiba. Aku akan mengirimkan kafilah-kafilah yang berawal di tempat anda dan berakhir di tempat kami. Wassalam.

Maka mengalirlah bantuan pangan dari Syam dan Iraq. Di bentuklah panitia penyalur makanan . Kepada seluruh rakyat diserukan:
                        "Disediakan makanan secukupnya dan siapa saja dipersilahkan makan. Barang siapa hendak mengambil untuk kebutuhannya dan kebutuhan keluarganya, maka dipersilahkan ia datang mengambilnya."
Sebenarnya musibah itu gawat, tetapi Umar Ra mampu mengatasinya dengan pikiran yang terang dan hati besar.
           Rahmat Allah bagimu , hai Umar, sebagaimana engkau rahim dan berkasih sayang kepada manusia.


Yang Pertama Dalam banyak Hal
           Umar adalah orang pertama kali:   (1) mendirikan baitul mal;  (2) menulis tarikh dari hijrah atau tahun Hijriah;  (3) menyunahkan shalat terawih berjamaah di masjid;   (4) melakukan penyelidikan dan pengawasan di malam hari;   (5) menghukum perbuatan mencaci maki;   (6) menghukum dera delapan puluh kali peminum arak;   (7) yang mengharamkan kawin mut'ah;  (8) melarang menjual budak wanita yang mempunyai anak;   (9) mengumpulkan orang-orang untuk shalat jenazah;  (10) memperluas kekuasaan ke wilayah-wilayah lain, baik Persia, Irak, Syam, maupun Mesir;  (11) mengirim bahan makan melalui laut merah dari Mesir ke Madinah;  (12) menetapkan faraidh (pembagian waris);  (13) menetapkan pengenaan zakat atas ternak kuda;  (14) menetapkan hakim-hakim di daerah-daerah;    (16) dijuluki amirul mukminin;  (17) menyediakan gudang yang berisi gandum bagi orang-orang yang kehabisan bahan makanan;  (18) memperluas masjid Nabawi dan tanahnya di taburi kerikil;  (19) menciptakan uang logam;  (20)  menggunakan pos untuk pengiriman surat-menyurat;  (22) mengangkat penjabat yang mengawasi harta-harta dan mengatur tata tertib kesopanan dan susila;  (23) membuat parit-parit dan jembatan-jembatan;  (24) mengirimkan pasukan penjaga di tempat-tempat strategis. Mereka ini diberi nama Alajnaad;  (25)  mengangkat penjabat yang ditugasi khusus memantau berita-berita tentang para petugas di daerah dan menerima keluhan-keluhan mereka yang dikirim kepada khalifah. Petugas tersebut bernama Muhammad bin Maslamah.



Surat Umar kepada Abu Musa Al-Asy'ari 
Tentang Peradilan
            Semua orang membicarakan keadilan dan keteguhan hati Umar tentang perjuangannya yang semata-mata karena Allah. Umar berhasil meletakkan dasar dan pedoman yang berisi prinsip-prinsip islam. Sampai sekarang pedoman dasar tersebut menjadi pelita para hakim dalam melaksanakan hukum.
             Inilah surat Umar yang ditujukan ke Abu Musa Alasy'ari
                           Amma ba'du
                          Pengadilan adalah suatu kewajiban yang kokoh dan nyata, dan suatu sunnah yang berkisanambungan. Pahamilah apa yang disampaikan kepadamu, karena tidak ada gunanya ucapan yang haq bila tidak dilaksanakan.
                        Dalam majelis perlakukanlah semua orang dengan sama baiknya agar orang yang berkedudukan tidak mengharapkan kezalimanmu, dan orang yang lemah tidak takut kepada kezalimanmu.
                        Bukti-bukti harus dikemukakan oleh orang yang mungkir. perdamaian antar sesama muslim diperkenankan, tapi berdamai untuk untuk menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal jangan di lakukan.
                       Keputusan perkara yang kemarin boleh dibatalkan bila kamu sudah mempertimbangkan kembali, dan telah memperoleh petunjuk yang benar. Sesungguhnya kebenaran adalah suatu hal yang permanen dan mengulang untuk memperoleh yang haq lebih baik dari pada tetap dan terus-menerus dalam kebatilan.
                      Ingat dan camkanlah! Gunakan pertimbangan akal sehat dan renungan hati nuranimu terhadap apa yang belum sampai kepadamu dari ajaran Al Qur'an dan sunnah Nabi Saw.
                      Pelajarilah contoh-contoh dan perumpamaan yang mirip dan jadikanlah itu sebagai bahan pertimbangan dan ukuran. Lalu pilihlah apa yang lebih disenangi oleh Allah dan yang menurut pertimbangan mu lebih mendekati yang haq.
                     Berikan haq yang mengandung ketidakpastian kepada orang yang menuntut atau tangguhkanlah sampai dia dapat membuktikannya dengan jelas. Kalau dia mampu membuktikannya maka kembalikanlah haq nya kepadanya. Kalau tidak, maka arahkan tuntutan balik terhadapnya, karena hal itu akan menghilangkan keraguan dan jelas daripada kekaburan dan juga untuk mengokohkan alasan.
                     Kaum muslimin harus jadi saksi yang adil bagi yang lain, kecuali terhadap orang yang pernah didera karena melakukan pelanggaran atau diketahui pernah menjadi saksi palsu, atau diketahui tidak setia dan tidak bertanggung jawab terhadap keluarga. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala rahasia.
Dia membiarkan kamu berkiprah dalam hal-hal yang syubhat (tidak pasti hukumnya)
                    Berhati-hatilah terhadap kegelisahan, keluhan, sifat mengganggu (merugikan) orang lain, dan mengingkari hak lawan yang benar.
                   Barang siapa yang mengikhlaskan niatnya antara dirinya dengan Allah, Tabaroka wata'ala, walau itu merugikan dirimu sendiri maka Allah akan menjadi pelindungmu antara kamu dengan manusia.
                   Barang siapa yang berpura-pura memperindah peri laku di hadapan manusia, padahal Allah mengetahui apa yang ada di balik hatinya, maka Allah akan membongkar apa yang disembunyikannya dan Allah akan menampakkan amal perbuatanya.

                                                                                                                 Salam Bagimu
                                 




                                                                                                                                          Bersambung ..3

Selasa, 28 Agustus 2012

Umar Ibnul Khattab (Al FaruQ)



Kedudukan dan Martabatnya
     Sayyidina Umar Ra merupakan orang ke tiga dalam urutan perjuang-perjuang dakwah islamiah sesudah Rasulullah Saw dan Abubakar Assiddiq Ra.
     Umar Ibnul Khattab berasal dari kabilah Quraisy dan bertemu saudara sedarah dengan Rasulullah Saw pada kakek mereka. Ka'ab bin Luai.
     Umar mewarisi beberapa kekhususan dari unsur-unsur Arab. Dia berasal dari suku Bani Hasyim. Semasa kanak-kanaknya dia menggembala domba milik ayahnya.
Ketika menjabat khalifah, dia berkata kepada orang-orang yang berada di sekitarnya:
                  "Aku melihat diriku penggembala domba milik ayahku dan sekarang aku dilihat dan tiada ada di atasku kecuali Allah, Robb semesta alam."

    Dia senang berbicara tentang kanikmatan-kenikmatan yang telah diberikan Allah Ta'ala untuknya, antara lain karena dia selalu merasa terpangil untuk berjuang di dalam dakwah. Ia selalu mengakui hal itu sebagai anugerah Allah untuknya.


Kunjungan Tiba-Tiba
    Marilah kita ikuti langkah-langkah Umar yang tengah berjalan menuju rumah Said bin Zaid, suami adiknya. Dengan membawa sebilah pedang, dia menuju rumah adik iparnya. Tujuannya tak lain hendak membunuh Said bin Zaid dan Fatimah binti Alkhattab.
    Namun situasi demikian cepatnya berubah. Sesampainya di rumah mereka , Umar yang terkenal watak kerasnya, menjadi lunak, dan lembut setelah bertemu kedua suami istri itu.
    Lantas, apa yang menyebabkan Umar, singa padang pasir itu berubah?
Inilah kisah awal perjuangan dirinya dalam kehidupan Islamiah.


Apa yang Menyebabkan Umar Masuk Islam
        Pada suatu hari Umar berjalan dengan menyandang pedang menuju tempat berkumpulnya Rasulullah Saw yang pada saat itu sedang berkumpul dengan para sahabatnya sebanyak kira-kira empat puluh orang.
        Pada waktu itu Rasulullah Saw sedang berkumpul dalam sebuah rumah dekat bukit Assofa. Di antara mereka terdapat paman beliau sendiri, yaitu Hamzah bin Abdulmuttalib, Abubakar Assiddiq, Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain.
        Ketika Umar sedang berjalan menuju ke tempat itu, ia dicegat oleh Nu'aim bin Abdullah yang langsung bertanya kepadanya, "Hendak kemana engkau, hai Umar?"
       Umar menjawab, "Aku sedang mencari Muhammad. Dia telah meninggalkan agama kita dan telah memecah belah kaum Quraisy. Dia telah menghina agama nenek moyangnya, dan memaki tuhan kita. Oleh karena itu aku akan membunuhnya!"

       Nu'aim berkata, Demi Allah, kamu telah tertipu oleh dirimu sendiri, hai Umar! Apakah kamu mengira bani Abdi Manaf akan membiarkanmu berjalan leluasa di muka buma sesudah kamu berhasil membunuh Muhammad?  Sebaiknya kamu pulang ke rumahmu dulu, luruskanlah dulu urusan keluargamu sendiri!"
       Umar bertanya keherana, "Siapa yang kamu maksud dengan keluargaku, dan apa maksudmu?"
Nu'aim menjawab dengan senyum tipis, "Iparmu dan anak pamanmu sendiri, yaitu Said bin Zaid, bahkan adikmu sendiri, Fatimah binti Khattab, telah masuk islam dan mengikuti agama Muhammad. Merekalah yang harus kamu selesaikan urusannya."
       Mendengar perkatanaan Nu'aim, Umar bagai disengat kalajengking. Tak terkirakan terkejutnya. Dengan penuh kemarahan, Umar langsung merubah haluan dan pergi menuju rumah kedua orang keluarganya.
      Pada waktu itu di rumah Said sedang berkunjung seorang sahabatnya, Khabbab ibnul Aratt yang sedang membacakan ayat-ayat Al Qur'an kepada mereka.

      Ketika Umar datang, Fathimah cepat-cepat mengambil lemabaran-lembaran yang bersisi ayat-ayat tersebut dan menyembunyikanya di bawah pahanya. Padahal ketika Umar mendekati rumahnya, ia mendengar bacaan Khabbab, sehingga Umar bertanya kepada mereka, "Syair apa yang telah aku dengar tadi? Saya telah diberitahu bahwa kalian berdua telah mengikuti agama Muhammad." Setelah berkata begitu Umar menyerang Said.
       Melihat akan dianiaya Umar, Fathimah melompat dan berusaha mencegah, tapi malah fathimah yang terkena tamparan Umar, sampai kepalanya berdarah.
       Peristiwa ini bukan membuat ciut hati Fathimah, tapi justru mengobarkan semangat dan keberanian dalam dirinya. Fathimah kemudian berkata kepada kakaknya dengan gagah berani,  "Ya, benar! Demi Allah, kami berdua telah masuk islam dan beriman kepada Allah dan Rasulnya, Muhammad. kini kau sudah mengetahuinya. perbuatlah sesuka hatimu terhadap kami. Kami tidak akan gentar sedikitpun."

       Setelah melihat darah mengucur dari kepala adiknya, ia merasa menyesal. Ia lalu menahan amarahnya dan berkata lagi kepada adiknya, "Kalau begitu, berikan padaku lembaran syair yang telah aku dengar tadi agar aku dapat mempertimbangkan apa yang telah diajarkan Muhammad kepadamu."
       Kemudian Fathimah memberikan lembaran ayat suci tersebut kepada Umar. Dalam lembaran tertulis surat Thaha. Setelah selesai membaca lembaran tersebut, Umar berkata,  "Alangkah indahnya kata-kata ini dan alangkah mulianya."
       Mendengar ucapan Umar, maka keluarlah Khabbab dari tempat persembunyiannya seraya berkata,  "Hai, Umar, Demi Allah, aku berharap Allah memilihmu untuk menerima dakwah nabiNya. Kemarin aku mendengar Rasulullah Saw berdoa: "Ya, Allah, teguhkanlah islam dengan berislamnya Abi Alhakam bin Hisyam (Abu Jahal) atau Umar ibnul Khattab. waspadalah, wahai Umar."

      Umar berkata kepada Khabbab , "Wahai Khabbab, tunjukkanlah kepadaku tempa Muhammad. Aku akan menemuinya dan aku akan masuk islam.
      Khabbab menjawab, "Dia sedang berkumpul bersama kawan-kawannya di sebuah rumah dekat Assofa."
Setelah mendengar keterangan itu, Umar pergi dengan menyandang pedangnya menuju tempat Muhammad. Sesampainya di rumah itu, ia lalu mengetuk pintu.
      Salah seorang sahabat Rasulullah mengintip dari celah pintu dan melihat Umar menyandang pedang yang terhunus. Melihat demikian, sahabat ketakutan dan langsung memberitahu Rasulullah Saw.
      Untuk melindungi Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muttalib berkata kepada Rasulullah Saw,  "Apakah engkau mengijinkan aku untuk menghadapinya? Kalau dia bermaksud baik kita layani dia dengan baik, tapi kalau dia bermaksut jahat, maka kita bunuh dia dengan pedangnya."

       Mendengar perkataan Hamzah, Rasulullah mengijinkannya.
Hamzah lalu menemui Umar di lorong sempit dan meremas bajunya. Di tariknya erat-erat baju Umar, seraya berkata,  "Apa sebab engkau datang ke sini, hai, Ibnul Khattab?  Demi Allah, tidak akan saya lepaskan engkau sampai Allah menimpakan bencana kepadamu."
       Umar berkata, "Ya, Rasulullah, aku datang untuk beriman kepada Allah dan RasulNya, dan kepada apa yang datang dari Allah."

       Betapa terharu dan leganya Muhammad Saw mendengar pengakuan Umar, begitu pula para sahabat Ra. Muhammad memang berharap dia mendapat hidayah dari Allah Ta'ala. Beliau mempunyai firasat Umar memiliki potensi besar. Jiwanya hidup, kepribadianya mulia dan ia siap menerima segala kebaikan.
       Allah Ta'ala telah mengabulkan doa Rasulullah yang meminta agar Allah memberi hidayah kepada salah satu seorang dari kedua tokoh yang berpebgaruh dan disegani yaitu Umar ibnul Khattab atau Amru bin Hisyam (Abu Jahal). Akhirnya Allah memberi hidayah kepada Umar Ibnul Khattab.
       Allah telah menyelamatkan Umar dari jurang syirik menuju kepada kemuliaan islam. Inilah pertama kalinya cahaya keimanan menyinari dan membuka hati Umar. Bagi Umar ayat-ayat Al Qur'an adalah rahasia hidayah, penggerak dan penghidup hatinya.

Allah berfirman:
                   "Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulanh, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Robbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, niscahya tak ada baginya seorang pemimpinpun."
   (Az Zumar 23)

      Umar masuk islam pada bulan Dzulhijah, tahun ke enam sesudah kenabian dan kerasulan Muhammad. sebelumnya telah ada 39 pria dan 23 wanita yang masuk islam.



Kepribadian yang Patut Direnungkan
        Merupakan suatu hal yang aneh, seorang manusia yang berasal dari masyarakat badui tulen dan dari sumber jahiliah pertama menjadi seorang amirul mukminin.
        Umar tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah apalagi sampai merantau ke pelosok negeri untuk menuntut ilmu atau hidup di tengah-tengah ahli pemikir. Tapi nyatanya, ia dapat memberi conrtoh kepada kaumnya dalam mengurus pemerintahan dan kekuasaan yang penuh dengan keadilan, kebijaksanaan, keutamaan, dan berlandaskan figih (hukum) islam.
        Di masa sebelum masuknya islam, Umar dikenal di kalangan kaumnya sebagai utusan yang mampu berdiskusi, berdialog dan memecahkan berbagai urusan. Dia juga pedangang yang mahir dan tekun dalam perdagangannya. Ia dikenal sebagai orang yang mempunyai temperamen kasar, kokoh dalam memegang prinsip, dan berkedudukan tinggi. Oleh karena itu ia digelari Alfaruq Umar ibnul Khattab Ra.

        Tak lama setelah menyatakan keislamanya, ia berkata kepada Rasulullah Saw, "Ya, Rasulullah, mengapa kita sembunyi-sembunyi dalam menyiarkan agama kita, padahal kita berada di atas kebenaran dan mereka (kaum kafir) berada di atas kebatilan?"
        Rasulullah Saw menjawab,  "Jumlah kita sedikit dan kamu dapat melihat sendiri apa yang selalu kita alami."
Umar berkata lagi, "Demi yang mengutus engkau dengan haq, aku berjanji bahwa di tiap-tiap tempat yang pernah aku sebarkan kekafiran, akan aku datangi untuk menyebarkan keimanan."
        Pada suatu hari Rasulullah Saw bersama kaumnya pergi menuju Ka'bah dengan dua barisan. Barisan pertama dipimpin oleh Hamzah, dan barisan ke dua dipimpin oleh Umar. Ketika melihat kedua barisan yang dipimpin oleh Hamzah dan Umar, kaum kafir tampak muram wajahnya dan kecut hatinya. Maka sejak itu Rasulullah Saw memberi gelar Umar dengan "ALFARUQ" yang artinya "pembela antara haq dan batil."



Umar dan Hijrah
         Ketika kaum muslimin hijrah ke Madinah, mereka seluruhnya meninggalkan kota Makah secara sembunyi-sembunyi, kecuali Umar. Hanya Umar yang hijrah secara terang-terangan.
         Ia sengaja pergi di siang hari dan melewati gerombolan-gerombolan Quraisy. ketika melewati mereka, Umar berkata, "Aku akan meninggalkan Makah dan hijrah ke Madinah. barang siapa yang ingin menjadikan ibunya kehilangan putranya atau ingin anaknya menjadi yatim, silahkan menghadang aku di belakang lembah ini!"
         Mendengar perkataan Umar yang gagah itu, tidak seorangpun yang berani membuntuti apalagi mencegah Umar.
Itulah kekuatan yang dimiliki Umar sejak awal keimanannya sampai dalam mengarungi seluruh hidupnya.
         Di jaman ini, alangkah butuhnya kita memiliki orang yang berkekuatan seperti Umar. Kuat jiwa raganya dan kokoh kepribadianya. Karena Allah senang kepada orang-orang yang berjiwa kuat dan benci kepada orang-orang yang berjiwa lemah.
         Apa yang dapat membangkitkan kejayaan islam adalah apa dan bagaimana yang pernah dikerjakan kaum muslimin terdahulu.
Kaum muslimin yang ada dewasa ini seperti anak-anak yatim menghadapi hidangan kaum yang rakus dan keji. Tidak ada yang menyayangi dan mengasihi, kecuali kekuatan mereka sendiri.
        Seruan Allah terus-menerus berkumandang di telinga kaum muslimin untuk membangkitkan mereka yang lengah, lalai dan lemah.
                   
                    "Dan  siapkanlah  untuk  menghadapi  mereka  kekuatan  apa  saja  yang kamu sanggupi ..."    (Al Anfal 60)



Pikiran yang Lurus dan Tepat
         Ketika terjadi fitnah dan bohong yang menyangkut Siti Aisyah Ra, Rasulullah Saw bermusyawarah dengan beberapa tokoh sahabat untuk dimintai tanggapan mereka.
         Ketika beliau berbicara dengan Umar Ra maka Umar berkata, "Ya, Rasulullah, siapakah yang mengawinkan Rasulullah dengan Aisyah?  "Nabi Saw menjawab,  "Allah."
Umar bertanya lagi, "Apakah Allah menipu anda?"
                  "Maha suci, Engkau, ya, Allah Sesungguhnya ini berita bohong yang besar, "Ucap Rasulullah.

Setelah beliau mengucapkan itu, turunlah firman Allah:
                  "Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Roob kami), Ini adalah dusta yang besar."   (An Nuur 16)

        Ini hanya merupakan sebuah contoh dan masih banyak lagi ayat Al Qur'an yang turun membenarkan pendapat Umar Ra. Umar Ra berkali-kali berkata kepada Rasulullah Saw:
                  "Jelaskanlah bagi kami keputusan yang memuaskan tentang minum arak."
        Tak lama kemudian, setelah Umar berkali-kali berkata begitu, turunlah firman Allah Ta'ala:
                  "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntnggan."  (Al Maidah 90)
         Abdullah bin Ubai adalah pemimpin kaum munafik, tapi ada di antara anak-anaknya yng menjadi pemimpin dan pejuang kaum muslim. Oleh karena itu, ketika Abdullah bin Ubai wafat, Rasulullah Saw hendak menyolatinya sebagai tanda simpati kepada anaknya yang muslim. Tapi perbuatan tersebut di tegur Umar Ra. Ia berkata kepada Rasulullah Saw,  "Ya, Rasulullah, bagaimana engkau menyolati orang munafik ini padahal dialah yang berkata,  "Orang-orang yang kuat akan mengusir orang-orang lemah dari padanya."    
   (Al Munafiquun 8)
Setelah Umar berkata begitu, turunlah ayat Al Qur'an:
                "Dan janganlah kamu sekali-kali menyolati (jenazah) seorang yang mati diantara mereka , dan janganlah kamu berdiri di kuburannya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan rasulNya dan mereka mati dalam keadaan fasik."  (At Taubah 84)


       Ketika terjadi perang Badar, banyak kaum kafir Quraisy yang menjadi tawanan kaum muslim. Seperti biasanya, Rasulullah Saw bermusyawarah dengan para sahabat tentang tindakan yang patut di berikan kepada para tawanan itu. Hal tersebut dimusyawarahkan karena Rasulullah belum diserahi ketetapan Allah tentang kebijaksanaan perkara ini.
       Umar Ra berpendapat seluruh tawanan harus di bunuh, sedangkan Abubakar Ra berpendapat para tawanan itu dibebaskan dengan tebusan oleh keluarga para tawanan.
        Ternyata Rasulullah Saw menyetujui dan melaksanakan pendapat Abubakar Ra. Tapi tak lama kemudian turun ayat:
                   "Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."  
  (Al Anfal 67)

       Turunnya ayat ini menyuratkan bahwa Allah membenarkan pendapat Umar Ra. Mendengar ayat ini Abubakar langsung menangis dan berkata,  "Kalau sekiranya turun azab dari langit maka tidak akan ada yang selamat kecuali Umar."





Bersambung ke 2 ..



               

Senin, 27 Agustus 2012

Abu Bakar bin Abi Qohafah (Assiddiq) II




Setia Kawan - Persaudaraan - Keimanan
      Kini anda sudah mengetahui kokohnya keimanan Abubakar , kepercayaan nya tanpa batas, perasaannya hidup sejak kelahiran dakwahnya, baik dalam peristiwa Isra' Mi'raj, pada waktu perang Badar, dan kala menuju Makkah. Kini marilah kita amati kisah-kisah keteladanaannya yang lain.
    Ketika tersiar berita wafatnya Rasulullah Saw, umat islam dilanda kepanikkan. Umar kehilangan kendali dan kesadaran dirinya. Umar berkata, "Muhammad Saw tidak mati. Barang siapa mengatakan Muhammad telah wafat, akan ku penggal lehernya!"

Pada waktu itu, Abubakar menghampiri Umar untuk menyadarkannya dan menentramkan hatinya dengan membacakan ayat Al Qur'an, seolah-olah Umar belum pernah mendengarnya:
              "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? ...
     (Al Imran 144)

  Mendengar nasehat ini hati Umar menjadi tentram dan iapun segera menyadari kealpaannya. Jika begitu, tidakkah Abubakar Ra patut memperoleh kabar gembira masuk surga? Kalau dia dikatakan tidak patut, maka siapa lagi yang patut dan berhak masuk surga, padahal Rasulullah Saw telah bersabda:
               "Jikalau aku boleh menunjuk dari hamba-hamba Allah seseorang Kholil (kawan kesayangan) maka aku akan menunjuk Abubakar sebagai Kholil, tapi karena kesetiakawanan , persaudaraan dan keimananlah, sehingga Allah mengumpulkan kita bersama di sisinya." 
      (HR. Bukhari dan Muslim)

    Abubakar Ra adalah mujahid dakwah petama yang rela berkorban dengan diri dan hartanya. Dia menebus tujuh orang mukmin yang paling setia, lalu dia memerdekakan mereka dari perbudakan. Oleh karena Nabi Saw bersabda:
             "Tiada seorang pun bermanfaat bagiku hartanya sebagaimana bermanfaat bagiku harta Abibakar."     (HR. Ibnu Maajah dan At Tirmidzi)

    Saudagar besar Abubakar mengetahui benar bahwa tidak ada gunanya harta yang banyak bila tidak di belanjakan untuk kepentingan islam dan kaum muslim. Bukankah seluruh harta benda kita mutlak sepenuhnya milik Allah? Kita hanya diserahi untuk memanfaatkannya sesuai dengan petunjuk dari pemiliknya.
    Oleh karena itu dalam perkara panggilan infak fi sabilillah, Abubakar Ra segera datang menghadap Rasulullah Saw sambil meyerahkan seluruh harta miliknya. Rasulullah Saw bertanya, "apa yang kamu tinggalkan (sisihkan) untuk kelurgamu dan hartamu, hai , Abubakar?"
      "Abubakar menjawab, "Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan RasulNya,"  (HR, Abu Naim dalam Alhulyah)
Itulah yang dikatakan keimanan yang sebenarnya. Itulah yang menyebabkan dia bertahan dengan segala beban dalam rangka mensukseskan dakwah dan meninggikan Kalimatullah. Demikian perilaku orang-orang beriman
      Suatu ketika Abubakar dipukul oleh Utbah bin Rabi'ah dan kawan-kawannya (orang Quraisy) sampai pingsan. Setelah sadar dia bertanya,  "Bagaimana keadaan Rasulullah?"
Dijawab oleh para sahabatnya, "Rasulullah selamat."
Abubakar berkata, "Demi Allah, aku tidak akan makan sesuap atau minum setegukpun sebelum aku berjumpa dengan Rasulullah Saw."
     Hati Abubakar gelisah, sehingga dia pergi menemui Rasulullah Saw di tempat pertemuan, yakni di rumah Daarul Arqom bin Abil Arqom. Abubakar mohon kepada Rasulullah agar berdoa supaya ibunya mau masuk islam. Rasulullah Saw kemudian berdoa dan Allah mengabulkan doa beliau. Ibunda Abubakar akhirnya memeluk islam.

  Tapi bila diteliti rahasia  kebesaran Abubakar pada  Shalat malamnya atau pada puasanya, maka tidak begitu istimewa, karena ibadah-ibadah itu dikerjakan oleh para sahabat Ra lainnya. Rahasia Abubakar yang paling hakiki adalah apa yang terhujam dalam kalbunya. Itulah keimanannya, yang bila ditimbang dengan keimanan seluruh umat maka iman Abubakar lebih berbobot. Hatinya tinduk dan pasrah kepada Allah, dan itu dibenarkan oleh hadist Qudsi firman Allah:
             "Akulah (Allah) pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, dan pengliatannya yang digunakan untuk melihat, dan tanganya yang digunakan untuk kekuatannya dan kakinya yang digunakannya untuk berjalan.  "     (HR. Bukhari)
    Abubakar juga manusia robbani yang lemah lembut seperti angin sepoi, tapi ia jiga bisa keras seperti baja.


Sifat-Sifat Tingkah Lakunya
      Abubakar adalah seorang manusia yang rendah hati, lemah lembut, dan tidak pernah berlaku angkuh, apalagi bertindak sewenang-wenang, baik semasa jaman Jahiliah maupun sesudah dia masuk islam, lebih-lebih sesudah dia menjadi khalifah. Kalau ada orang yang memujinya dia berkata, "Ya , Allah , Engkau lebih mengetahui tentang diriku daripada aku sendiri."  Kalau pada saat naik unta, kebetulan tali kendalinya jatuh, maka dia sendiri yang turun untuk mengambilnya. Ia tidak pernah menyuruh orang lain untuk mengambilnya.

   Dialah orang muslim pertama yang membebaskan budak. Dia juga merupakan khalifah Rasulullah Saw yang pertama, dan orang pertama dari ke sepuluh orang "Almubasysyarin bil jannah"
   Kesadaran hati nuraninya mencegah dia makan sesuatu makanan yang meragukan sumber perolehannya. Dia selalu bersegera menyambut ajakan amal kebajikan dan santunan, seperti puasa sunnah, menengok orang sakit, bersedekah, dan lain-lain, sehingga Umar berkata:
                 "Aku tidak pernah mendahului Abubakar dalam mengamalkan kebajikan. Dia yang selalu mendahuluiku."

Ali bin Abi Thalib Ra berkata:
                 "Itulah perlombaan. Demi yang jiwaku di gengamanNya, tiada kita bersegera dalam amal kebajikan kecuali Abubakar yang selalu mendahului kita."


Perintah Pertama Oleh Abubakar Ra
     Masalah terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah Saw yang menyangkut peperangan sebelum beliau wafat, adalah dalam mempersiapkan tentara yang akan membawa panji dakwah ke negeri jajahan Romawi, yaitu Syam, yang meliputi Syira, Libanon, Yordania, dan Palestina (tempat masjid Aqsho)
     Sebelumnya tentara Muslim sudah pergi dua kali ke arah Baitul Maqdis, yaitu dalam peperangan di Tabuk dan Mu'tah. Kedua peperangan itu adalah perang dalam rangka penjagaan untuk menguji kemampuan diri dan kekuatan lawan.

    Sekarang ini Mu'tah terletak di Yordania dan Tabuk berada di utara jazirah Arab dekat perbatasan Mesir dan Palestina. Jarak dari Madinah ke Tabuk lebih kurang tujuh ratus kilometer.
    Tentara yang dikirim Rasulullah Saw  ke Tabuk berjumlah 30.000 orang, sepuluh kali lipat tentara yang dikirim ke peperangan Mu'tah.
Setelah dua tahun, Rasulullah Saw menyiapkan pasukan tentaranya, maka mereka pun telah siap menuju Mu'tah dan Tabuk.
    Nabi Saw memerintahkan kepada segenap sahabat senior, termasuk Abubakar dan Umar agar ikut serta. Komando tertinggi diserahkan kepada seorang pemuda yang masih berusia di bawah dua puluh tahun, yaitu Usamah bin Zaid.

    Sebelum pasukan diberangkatkan menuju Syam, tiba-tiba kaum muslimin di sibukan oleh sakitnya Rasulullah Saw, sampai akhirnya beliau wafat.
Setelah wafat nya Rasulullah Saw, para sahabat Ra bermusyawarah memilih khalifah pengganti kepemimpinan Rasulullah Saw. Dari hasil musyawarah itu di tetapkan Abubakar Assiddiq sebagai khalifah.
    Setelah beberapa hari Abubakar dipilih menjadi khalifah, ia tetap menyiapkan pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid, meskipun pada waktu itu sebagian kaum muslim telah murtad dan membangkang. Mereka menolak mengeluarkan zakat. Bagaimanapun keadaannya, Abubakar tetap bersikeras melaksanakan rencana Rasulullah Saw.

   Pada saat upacara pelepasan pasukan, Abubakar berdiri, sedangkan Usamah (sebagai kepala pasukan) menunggang kuda yang pernah dinaiki ayahnya, Zaid, ketika mati syahid di dalam peperangan Mu'tah.
Melihat Abubakar yang hanya berdiri itu, Usamah merasa kikuk dan malu. Lalu ia berkata kepada Abubakar, "Demi Allah, engkau menunggang kuda atau aku turun."
    Abubakar Ra menjawab, "Demi Allah, engkau jangan turun dan demi Allah aku tidak mau naik kuda! Apa salahnya jika kaki ku terkena debu tanah fisabilillah barang sebentar?"
     Pada saat itu, Abubakar sebagai khalifah minta ijin kepada Usamah agar Umar Ra tetap tinggal di Madinah dan tidak menyertai pasukan, karena  Abubakar amat membutuhkannya untuk kepentingan pemerintahan yang masih dalam keadaan krisis. Usamah mengabulkan permintaan Abubakar.

    Dalam upacara pelepasan pasukan tersebut, Abubakar berpidato. Dalam pidatonya ia menyampaikan sepuluh pesan bersejarah, yaitu:
                     "Jangan berkhianat, jangan berlebih-lebihan, jangan menipu (berbuat makar), jangan membunuh lawan dengan cara sadis, jangan membunuh anak-anak, lelaki lanjut usia, dan wanita. Jangan menebang pohon kurma atau pohon-pohon yang sedang berbuah, jangan melakukan pembakaran, jangan menyembelih domba, sapi dan unta kecuali hanya untuk sekedar kebutuhan dimakan dagingnya.Nanti kalian akan berjumpa dengan orang-orang yang bertapa dalam biara, biarkan mereka dan jangan mengusik mereka."

    Setelah pasukan tersebut pulang dari medan tempur, Abubakar Ra dan penduduk Madinah menyambut kedatangan mereka. Abubakar sendiri yang memberi penghormatan dan penghargaan kepada pahlawan muda belia itu.
    Peperangan ini merupakan pembuka jalan perluasan wilayah kaum muslim. Selama kurang dari dua tahun kaum muslimin mampu menghadapi tentara Romawi, sehingga mereka dapat menguasai Baitul Maqdis pada masa khalifah Umar ibnul Khattab Ra.




Pengumpulan Ayat-Ayat Al Qur'an
       Peperangan  "Alyamamah" adalah salah satu peperangan yang dihadapi kaum muslimin setelah Rasulullah Saw wafat. Dalam peperangan tersebut banyak penghafal Al Qur'an yang gugur. Bagaimana kalau sisa-sisa penghafal (huffadz) Al Qur'an gugur semua?
      Itulah pertanyaan yang terus mengganggu pikiran Umar Ra semasa khalifah Abubakar. Oleh karena itu Umar berpendapat Al Qur'an harus dikumpulkan agar keutuhannya tetap terselamatkan.
      Kaum muslimin yang murtad berada di bawah pimpinan Musailamah bib Habin, tapi mereka di tumpas dan dikalahkan, mereka kembali ke pangkuan islam. Tentara islam yang menumpas pemberontak bani Hanifah di Albahram, berada di bawah pimpinan Mutsanna inbu Haarithah dan Alfurat. Ternyata mereka adalah pasukan pertama yang menguasai Irak dan yang pertama kali mendirikan emperium islam, walaupun harus ditebus dengan pengorbanan besar.

     Dalam peperangan tersebut telah gugur 1.200 orang dan 39 orang, di antara mereka yang gugur itu adalah penghapal Al Qur'an.
     Salah satu penghapal ayat-ayat Al Qur'an adalah Zaid bi Tsabit. Ia di panggil oleh Abubakar untuk kepentingan usulan Umar Ra. Mereka kemudian bermusyawarah yang juga dihadiri Umar Ra.
Dalam musyawarah itu Abubakar berkata kepada Zaid bin Tsabit,  "Ketika Umar mendesak usulanya, aku menjawab,  "Mengapa aku melakukan sesuatu yang tidak diperbuat oleh Rasulullah?" Tetapi Umar menegaskan, "demi Allah, ini adalah perbuatan baik.  "Akhirnya Allah membukakan hatiku untuk menerima pendapat Umar.  Hai Zazid, engkau adalah seorang pemuda yang cerdas yang kupercayai sepenuhnya. Engkau adalah seorang penulis wahyu yang selalu disuruh oleh Rasulullah, maka kumpulkanlah ayat-ayat Al Qur'an itu."

    Zaid menjawab,   "Demi Allah ini adalah pekerjaan yang berat bagiku. Seandainya aku diperintahkan untuk memindahkan bukit, maka hal itu tidak lebih berat bagiku dari pada mengumpulkan Al Qur'an yang engkau perintahkan itu, ya Abubakar."
    Kemudian Zaid bertanya kepada Abubakar dan Umar,  "Mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak diperbuat Rasulullah?"
Abubakar menjawab, "Demi Allah, ini adalah perbuatan yang baik."
Lalu Zaid pun mengumpulkan ayat-ayat Al Qur'an yang tercatat pada daun, pelepah kurma, batu, tanah keras, tulang unta dan dar sahabat-sahabat yang hafal Al Qur'an.

    Zais bin Tsabit bekerja dengan amat teliti. Meskipun dia hapal Al Qur'an secara menyeluruh tapi dia masih merasa perlu mencocokkan hafalan atau catatan-catatan para sahabat dengan disaksikan oleh dua orang saksi.
    Dengan begitu seluruh ayat Al Qur'an telah di tulis oleh Zaid dalam lembaran-lembaran. Ia mengikatnya dengan benang, di susun menurut ayat-ayatnya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw, Kemudian setelah itu ia serahkan kepada Abubakar.
    Lembaran-lembaran itu tetap berada di tangan Abubakar sampai wafat, Mushhaf itu dipindahkan ke rumah Hafshah, putri Umar yang juga istri Rasullullah Saw sampai masa penyusunannya di masa khalifah Utsman Ra.
Sayyidina Ali Ra berkata:
                "Rahmat Allah atas Abubakar, dia lah yang paling besar ganjarannya dalam pengumpulan Al Qur'an



Wasiat Abubakar Assiddih Kepada Umar Ra
      Pesan-pesan berharga yang pernah diucapkan beliau kepada Umar Ra semasa hidupnya dalam dekade dan periode yang berjiwa kenabian akan kami paparkan di bawah:
               "Aku menunjuk kau sebagai khalifah sesudahku dan berpesan padamu agar bertakwa kepada Allah. Bagi Allah, ada amalan yang harus dikerjakan malam hari dan tidak dapat diterimaNya pada siang hari dan ada pula amal perbuatan yang harus dikerjakan pada siang hari yang tidak dapat diterimaNya pada malam hari. Allah tidak akan menerima amalan tambahan (nafilah) sehingga dikerjakan yang wajib. Orang0orang yang berat amal kebajikannya di hari kiamat nanti adalah mereka yang mengikuti kebenaran di dunia. Tapi orang yang selama di dunia condong dan mengikuti kebatilan maka timbangan kebajikannya akan ringan. Allah memanggil ahli surga dengan menyebut perbuatan mereka yang terbaik dan membatasi amal mereka yang buruk. Kalau aku ingat mereka, aku berkata:  "Aku takut menjadi serupa mereka, dan Allah memanggil ahli neraka dengan perbuatan mereka yang paling keji. Bila aku mengingat mereka, aku berkata,  "Aku berharap tidak menjadi serupa mereka.   "Allah menyebut ayat rahmat bersamaan dengan ayat azab dan siksa agar manusia tertarik untuk mengikuti, terancam lalu menjahui kebatilan."

Ucapanya lagi:
                    "Hendaklah manusia mengharapkan kebajikan dari Allah, jangan menjerumuskan diri ke dalam kebinasaan. Kalau engkau telah meresapi pesan-pesanku ini, janganlah ada sesuatu yang gaib yang paling engkau senangi selain kematian yang pasti akan menimpa dirimu.  Tapi kalau engkau mengesampingkan pesnku, maka tidak akan ada sesuatu yang gaib yang lebih engkau benci daripada kematian dan engkau tidak akan bisa menghindar dari azab Allah."


Pujian Siti Aisyah Ra Terhadap Kebajikan
Abubakar Ra
      Setelah Abubakar Ra wafat, maka Siti Aisyah Ra berdiri dekat kuburanya dan berkata,  "Allah menyinari wajahmu dan mensyukuri amal usahamu yang shaleh. Engkau merendahkan dunia dengan hidup membelakanginya  dan engkau memuliakan akhirat dengan hidup menghadapnya. Bencana paling besar sesudah wafat nya Rasulullah Saw adalah kematianmu dan musibah terbesar adalah kepergianmu.  Kitabullah (Al Qur'an) menjanjikan sebai-baiknya hiburan bagimu dan sebaik-baiknya penganti dari kamu. Aku akan memohon janji Allah dengan limpahan kesabaran dan dengan iklas aku akan memohon pengampunan bagimu."


Wafatnya Abubakar Assiddiq Ra
     Abubakar Ra wafat pada hari senin malam selasa, antara magrib dan isya, tanggal 22 Jumadil akhir tahun 13 Hijriah dalam usia 63 tahun, sama dengan usia wafatnya Rasulullah Saw. Dia memangku jabatan selama dua tahun tiga bulan lebih sepuluh hari. Ia meninggalkan lima orang anak, tiga laki-laki dan dua perempuan, yaitu Abdullah, Abdurrahman, Muhammad, Aisyah dan Asmaa (istri Azzubair ibnul Awwam).



Berhenti Bila Anda mengunjungi Kuburan Rasulullah Saw
      Bila anda berkesempatan dapat mengunjungi kuburan Rasulullah Saw di masjid Nabawi, Madinah, maka setelah mendoakan beliau, bergeserlah ke kanan, sekitar satu hasta. Maka anda akan mendapatkan kuburan Abubakar Assiddiq Ra. Pada saat itu hadapkan diri anda ke kepalanya, lalu ucapkan:
                   "Salam bagimu, ya Kahalifah Rasulullah. Salam bagimu pemegang rahasia-rahasia Nabi Saw. Semoga Allah membalas jasa-jasa mu sebagai balasan yang paling afdol terhadap seorang pemimpin umat nabiNya. Engkau telah menjadi sebaik-baiknya khalifah. Engkau merintis jalan dan ajaran Nabi dengan sebaik-baiknya. Engkau membela dan selalu memenangkan islam. Engkau selalu menghubungkan tali silaturahmi . Selamanya engkau menegakkan haq sampai tiba ajalmu. Salam bagimu, rahmat dan bharokah Allah menyertaimu."






Kamis, 23 Agustus 2012

Abu Bakar bin Abi Qohafah (Assiddiq)




Silsilahnya
     Abubakar Assiddiq ra adalah seorang Quraisy dari kabilah yang sama dengan Rasulullah Saw, meskipun lain keluarga. Abubakar ra berasal dari keluarga TAMIMI, sedang Rasulullah Saw dari keeluarga HASYIMI, Tapi kedua-duanya berasal dari satu suku, yaitu suku Quraisy.
   
Keutamaanya
      Abubakar Assiddiq adalah seorang pedagang yang selalu memelihara kehormatan dan harga dirinya. Ia seorang yang kaya harta, pengarunya besar dan memiliki akhlak yang mulia. Dari sebelum datangnya agama islam, ia sudah menjadi kawan akrab Muhammad Saw. Oleh karenanya sifat dan tabiatnya mirip dengan Muhammad Saw.
     Belum pernah ada orang yang menyaksikan dia minum arak atau menyembah berhala. Dia juga tidak pernah berdusta. Oleh karena itu tidak heranlah bila dia berkawan erat dengan Muhammad Saw. Usianyapun hampir sama dengan usia Nabi Saw. Begitu pula delam kemuliaan, profesi dan keturunan, sehingga tidak heran bila dia menjadi khalifah pertama setelah Rasulullah Saw wafat.
     Abubakar ra seorang pedagang, begitu pula Rasulullah Saw. Dia menepati kedudukan terhormat di kalangan kamunya, begitu pula Rasulullah yang dikenal sebagai pemuda yang jujur (Alamin). Maka tidak mengherankan, bila Abubakar menjadi orang pertama (pria) yang menyambut dan menerima dakwah Rasulullah Saw.


Rahasia kebesarannya
       Nabi Saw selalu mengutamakan Abubakar ra daripada sahabat-sahabatnya yang lain, sehingga tampak menonjol di tengah-tengah orang lain. Dari besarnya perhatian Rasulullah kepadanya, orang sudah bisa meramalkan dia akan menjadi khalifah yang sukses dalam setiap sikap dan pendirian dalam menghadapi tantangan kehidupan ini. Dia telah dapat meraih ketinggian budi dan kesempurnaan iman. Hal ini disaksikan sendiri oleh Rasulullah Saw dalam sabdanya:
        "Jika ditimbang keimanan Abubakar dengan keimanan seluruh umat akan lebih berat keimanan Abubakar."  (HR. Al Baihaqi dalam Asysyiib)

     Diantara para sahabat memang ada yang lebih berani dan lebih berpengetahuan dari dirinya, tapi tidak ada yang lebih besar keimanannya  dari Abubakar.
Al Qur'an pun banyak mengisyaratkan sikap dan tindakannya seperti yang dikatakan Allah dalam firmanya:
       "Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkanya baginya jalan yang mudah."  (Al Lail 5-7)

     "Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkanya, padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Robbnya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan."   
(Al Lail 17-21)

Allah Ta'ala juga berjanji dalam firmanNya:
          "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan "Robb kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu."     (Fushshilat 30)

Allah Swt juga mengabdikan sebuah kisah untuk kita jadikan hikmah:
           " ... dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita ..."
(At Taubah 40)


Abubakar mengajak Manusia kepada Islam
Ahli sejarah, Ibnu Ishaq berkata:
        Setelah Abubakar ra memeluk agama Islam dan menyatakan keislamannya secara terbuka, dia mengajak orang-orang kepada Allah Swt."

   Abubakar adalah orang yang baik hati, ramah, dan pandai bergaul dengan kaumnya dan mudah jika berurusan dengannya. Dia termasuk yang berketurunan tinggi (bangsawan) dalam suku Quraisy, dan banyak mengetahui kebaikan dan keburukan sukunya.
    Dia pedagang yang berakhlak, bermoral tinggi sehingga tak heran bila di disenangi dalam pergaulan. Banyak kaumnya yang datang kepadanya dengan sengaja untuk berbagai urusan. Pada saat itu, orang yang dipercayainya diajak masuk islam.
    Orang yang menerima ajakannya, antara lain Azzubair ibnul Awwam, Utsman ibnu Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Abdurahman bin Auf. Mereka pergi menemui Rasulullah dengan disertai  Abubakar. Rasulullah Saw menawarkan Islam kepada mereka, membacakan beberapa ayat Al Qur'an dan menjelaskan kebenaran ajaran islam. Serentak mereka menyambut dan menyatakan keisalamnya. Mereka tergolong delapan orang pertama yang masuk islam."  (Dari kitab Albidayah)


Keimanannya Tanpa Ragu
     Awalnya Abubakar masuk islam adalah ketika ia bertemu dengan Rasulullah Saw. Ia bertanya, "Ya Muhammad, apakah benar apa yang dituduhkan kaum Quraisy terhadapmu bahwa kamu meninggalkan tuhan-tuhan kita, merendahkan akal pikiran kita dan mengkufuri ajaran-ajaran nenek moyang kita?"
 
     Muhammad Saw menjawab, "Ya benar! Sesungguhnya aku ini rasul Allah dan NabiNya. Allah mengutus aku untuk menyampaikan risalahNya dan mengajakmu kepada Allah yang benar. Demi Allah, itu adalah haq. Aku mengajakmu, hai Abubakar kepada Allah Yang Esa, tunggal, tiada sekutu bagiNya. jangan kamu menyembah selain Allah dan patuh serta taatlah kepada-Nya.
     Kemudian Rasulullah Saw membaca beberapa ayat Al Qur'an. dengan serta merta Abubakar masuk islam. Ia mengkufuri patung berhala dan menjadi mukmin yang benar. Oleh karena itu, Rasulullah Saw bersabda:
           "Tiada aku mengajak seorang masuk islam, tanpa ada hambatan, keraguan, tanpa mengemukakan pandangan dan alasan, hanya Abubakar lah. Ketika aku menyampaikan ajakan tersebut, dia langsung menerimanya tanpa ragu sedikitpun."   (Dari kitab Albidayah Wannihayah)

Rasulullah menyebut Abubakar dengan bangga dan mengingatkan orang lain tentang dia sebagai pendahulu dalam menerima agama islam dan terhadap jasa-jasanya yang besar dalam menegakkan Kalimatullah.
Rasulullah Saw bersabda:
          "Sesungguhnya Allah mengutusku kepadamu dan kamu berkata, "Engkau pendusta!. Abubakar menyantunni aku dengan dirinya dan hartanya. Tidakkah kalian berhenti menganggunya." dan sesudah itu, Abubakar tidak pernah diganggu lagi.   (HR. Bukhari)

    Sahabat Abdullah Ibnu Abbas Ra ditanya, "Siapa orang pertama yang beriman (kepada Muhammad)?"  Abdullah ibnu Abbas menjawab, "Abubakar Assiddiq."





Dari Perlindungan Manusia kepada
Perlindungan Allah
       Meskipun Abubakar berkedudukan mulia dalam lingkungan kaumnya, tapi ia juga tidak luput dari gangguan kaum Quraisy.
Diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Siti Aisyah ra: "Ketika kaum muslim di Makkah yang berjumlah sedikit mengalami tekanan dan penganiayaan dahsyat, Abubakar minta ijin kepada Rasulullah Saw untuk hijrah ke Habasyah. Rasulullah Saw mengijinkannya, maka pergilah dia.
      Ketika sampai ke suatu tempat yaitu BARKULIMAD, ia bertemu dengan Ibnu Addaghnah, pemimpin suku setempat. ibnu Addaghnah bertanya, "Hendak kemana hai Abubakar?"
  Abubakar menjawab, "Aku dipaksa keluar (dari Makkah) oleh kaumku, dan aku ingin merantau di muka bumi sehingga aku dapat beribadah kepada Robbku."
     Ibnu Addaghnah berkata, "Orang seperti engkau, hai Abubakar tidak boleh keluar atau di keluarkan. Engkau menolong orang, suka bersilahturahim , membantu orang sengsara dan lemah, dan menghormati tamu. Aku bersedia menjadi pelindungmu. Kembalilah dan sembahlah Tuhanmu di negerimu.

    Abubakar ra pulang ke Makkah bersama Ibnu Addaghnah. Ia memberitahu Quraisy bahwa dialah yang melindungi Abu Bakar dan ia melarang siapapun juga menganggu Abu Bakar.
Mengetahui hal itu kaum Quraisy mengemukakan persyaratan . Abubakar tidak akan diganggu asalkan ia tidak bersuara keras dalam beribadah karena dikhawatirkan kaum wanita dan anak-anak mereka terpengaruh.
 
      Setelah itu, Abubakar membangun sebuah musholla di halaman depan rumahnya. Ia shalat dan mengaji Al Qur'an di situ. Para wanita dan anak-anak kaum musyrikin tertarik dan sering menyaksikannya.
Setiap kali sehabis membaca Al Qur'an, Abubakar ra menangis, sehingga tokoh-tokoh kaum musyrikin penasaran dan khawatir. Mereka lalu mengutus seseorang untuk menemui Ibnu Addaghnah, dan berkata, "Kami mengabulkan perlindunganmu terhadap Abubakar dengan syarat dia menyembah Tuhanya di rumahnya. Tapi ternyata dia melanggar perjanjian. Abubakar bahkan membangun musholla di halaman rumahnya. Ia shalat dan membaca dengan suara lantang. Kami takut anak-anak dan istri-istri kami terpengaruh. Oleh karena itu laranglah dia. "Kalau dia mau menyembah Tuhanya di rumahnya, biarkanlah, tapi kalau dia tidak mau, maka dia harus mengembalikan perlindunganmu.

    Ibnu Addaghnah kemudian pergi menemuni Abubakar dan berkata, "Engkau telah mengetahui perjanjianku dengan Quraisy. Engkau tepati atau kembalikan janji perlindunganku,"
     Abubakar berkata, "Aku kembalikan janji perlindunganmu dan ridho dengan perlindungan Allah Azza Wajalla,"
Sesudah Addaghnah tidak melindunginya lagi gangguan Quraisy terhadapnya semakin gencar.
Inbu Ishaq berkata:
        "Pada suatu ketika, Abubakar bersandar di dinding Ka,bah. Lalu datang orang jahil bermoral rendah. Ia menghampiri Abubakar dan menaburkan pasir di atas kepala Abubakar.

    Setelah itu Alwalid ibnul mughirah atau Alaash bun Waail lewat lewat, dan Abubakar berkata kepadanya, "Tidakkah kamu melihat apa yang dilakukan orang jahil itu kepadau?"
Alwalid  menjawab, " Kamu yang menyebabkan hal itu karena menanggalkan perlindungan Ibnul Addaghnah."  Abubakar berkata, Ya Tuhanku, alangkah sabar dan pemaaf Engkau. Ya, Tuhanku, alangkah sabar dan pemaaf Engkau. Ya, Tuhanku alangkah sabar dan pemaaf Engkau."





Sikapnya yang Mencerminkan Kekuatan Iman
     Setelah peristiwa Isra' orang-orang yang mendustakannya mendatangi Abubakar seraya berkata, "Apakah kamu mendengar apa yang diceritakan kawanmu?"
     Abubakar spontan menjawab tanpa ragu, "Demi Allah, kalau memang itu yang diucapkannya pasti benar. Dia (Muhammad) memberitahu aku bahwa berita-berita dari langit sampai ke bumi hanya dalam satu jam, malam atau siang dan aku mempercayainya, sedang itu lebih aneh dari yang kalian herankan."


Kecintaan Abubakar Ra Pada Rasulullah Saw
     Kekuatan akhidah dan keteguhan iman dapat dilihat pada saat orang menghadapi perjuangan (kekerasan). Kekuatan akhidah dan keteguhan iman  Abubakar dapat dibuktikan dalam segala situasi dan kondisi. Bukti yang nyata adalah saat dia hijrah ke Madinah.

   Albaihaqi meriwayatkan bahwa di masa khalifah Umar Ra ada beberapa orang yang berbincang-bincang. Orang itu lebih mengutamakan Umar Ra daripada Abubakar. Berita tersebut sampai kepada Umar, lalu Umar berkata:
            "Demi Allah, satu malam dari Abubakar lebih baik dari seluruh keluarga Umar. Satu hari dari Abubakar lebih baik dari seluruh keluarga Umar. Ketika Rasulullah Saw pergi menuju gua bersama Abubakar, sebentar-sebentar Abubakar berjalan di depan Rasulullah dan sebentar kemudian berada di belakang Rasulullah Saw. Melihat demikian Rasulullah Saw bertanya, "Mengapa engkau berbuat begitu, hai Abubakar?"

    Abubakar menjawab, "Ya, Rasulullah, aku ingat lawan mengejar dari belakang, maka aku berjalan di belakangmu, lalu aku ingat pengintaian lawan dari depan untuk mencelakakanmu maka aku berjalan di depanmu."
    Rasulullah Saw bertanya, Ya, Abubakar, kalau terjadi sesuatu apakah kamu lebih suka dirimu yang terkena dan bukan aku?"
    Abubakar menjawab, "Benar demikian , Ya, Rasulullah. Demi yang mengutusmu dengan haq."
Ketika mereka tiba di pintu gua, Abubakar Ra berkata, "Tetaplah di tempatmu, ya Rasulullah. Aku akan turun dulu untuk mengamankan gua."
    Lalu Abubakar masuk ke dalam gua. Setelah diketahui gua itu aman, Abubakar berkata, "Turunlah, ya, Rasulullah."
    Umar amat terharu dengan perlakuan Abubakar terhadap Rasulullah Saw, maka ia berkata, "Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, malam itu lebih baik dari seluruh keluarga Umar."




Di Waktu Perang Badar
    Sewaktu akan menghadapi perang Badar, kaum muslimin bersiap-siap menghadapi musuh. Mereka cepat mengambil posisi di medan tempur, dan pada waktu itu Rasulullah Saw masih khusyu berdoa:
            "Ya, Allah, jika Engkau binasakan kelompok ini maka Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi."

  Saat itu Abubakar menghampiri Rasulullah Saw dan berkata, "Ya, Rasulullah, tenangkan dirimu dan mantapkan hatimu. Sesungguhnya Allah pasti akan menepati janjiNya dan sekali-kali tidak akan mengecewakanmu."
Mendengar perkataan Abubakar hati Rasulullah Saw menjadi mantap dan tenang. Pantaslah bila Rasulullah menggelarinya Assiddiq, orang yang selalu benar dan membenarkan Muhammad sebagai RasulNya.


Sikap Abubakar Menghadapi Perjanjian
Hudaibiyah
     Pada waktu perjanjian Hudaibiyah (sebelum Makkah di kuasai) kaum muslim bersama Nabi Saw pergi ke Makkah untuk berziarah ke Baitul Haram (Ka'bah). Hal itu sesuaijanji Rasulullah Saw kepada para sahabat untuk memasuki Makkah. Ketika mereka sudah dekat Makkah, mereka melihat seolah-olah Ka'bah melambai-lambai menantikan kedatangan mereka. Harapan manis pun memenuhi hati mereka. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan berita pembatalan ziarah atas perintah Rasulullah Saw sesuai dengan perintah Allah Swt. Maka terjadilah kericuhan di kalangan kaum muslim.

     Mereka bertanya kepda Rsulullah Saw, "Ya, Rasulullah, mengapa kita mengalah dalam urusan agama kita?" Bahkan Umar Ra pun berkata kepadanya, "Ya, Rasulullah, bukankah kita di atas kebenaran dan mereka di atas kebatilan? Bukankah kita orang-orang beriman dan mereka orang-orang musrik? Mengapa kita menerima penghinaan dalam urusan agama kita."
     Rasulullah Saw menjawab,  "Demikian itulah yang diperintahkan Allah kepadaku."
Tapi jawaban tersebut belum memuaskan Umar Ra, maka dia pergi menemui Abubakar Ra dan berkata, "Bukankah kita sudah dijanjikan Nabi Saw untuk memasuki Makkah?"

    Abubakar Ra menjawab, "Apakah Nabi Saw menjanjikan tahun ini?  Alangkah kelirunya kamu, ya, Umar. Berpegang teguhlah kepada firasat beliau, dia benar-benar seorang Rasul." Demikianlah jawaban yang diberikan Abubakar Ra, Di saat kaum muslim meragukan sabda rasulNya, ia tetap beriman kepada kebenaran Rasulullah Saw.



Bersambung..,  2



Selasa, 21 Agustus 2012

Mukaddimah




      Ya Allah, ya Robb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami. Karuniakanlah kami surgaMu pada hari yang tidak berguna lagi harta dan anak laki-laki, kecuali orang yang mengharap Engkau dengan hati yang bersih.
    Waba'du. Kesepuluh orang sahabat yang mendapat kabar gembira masuk surga itu adalah para pendahulu kita yang patut diteladani keimanan dan keshalehanya. Bagi Rasulullah Saw mereka adalah kawan dan pendamping yang setia dalam segala kesulitan dan kesempitan. Amal perbuatan, peri laku dan pengorbanannya merupakan teladan bagi umat  manusia.
    Dari mereka tiada seorang pun yang pernah absen dalam membela panji islam, dan tiada seorangpun yang lupa akan tujuan utamannya yaitu akhirat.
    Puncak ambisi mereka adalah keridhaan Allah dan rasulNya. Mereka amat mendambakan datangnya saat-saat mendengar seruan Allah:
            "Hai, jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Robb mu dengan hati yang puas lagi diridhoiNya. Maka masuklah ke dalam surgaKu."        (AlFajr 27-30)

Jadikanlah keteladanan mereka petunjuk jalan ke surga yang terang benderang. Ikutilah jejak mereka dan hiasilah diri kita dengan sifat-sifat utama mereka, sebab ada pepatah yang mengatakan:
        "Tirulah mereka meskipun tidak serupa. Sesungguhnya meniru orang-orang besar adalah suatu keberuntungan (sukses)."

    Tetapi abda jangan salah mengerti. Kabar gembira tentang masuk surga tidak terbatas untuk kaum pria saja. Siti Khodijah ra dan wanita-wanita sholohah lainya juga prnah mendapatkan kabar tersebut. Kita harus yakin mereka adalah teladan dalam peri kehidupan.
            "Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan sebagian mereka menjadi pelindung sebagian lain ... "     (At Taubah 71)

       "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukminnah apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka."      (At -Ahzaab 36)

     Orang-orang pilihan tersebut diibaratkan seperti Al Qur'an berjalan di muka bumi. Mereka adalah pemraktek amaliyah prinsip-prinsip kehidupan yang agung. Mereka adalah umat ter baik yang diciptakan Allah untuk manisia. Mereka telah lulus dari pendidikan kenabian. Semua ini dilakukan dengan segala daya dan kemampuan Rasulullah Saw, dengan kekuatan spiritual dan material yang optimal, dan dengan dukungan serta taufik dariAllah Swt. Mereka telah di kerahkan dan diarahkan pada tujuan dan sasaran yang mulia dan jelas, yaitu untuk menjadi suri teladan sepanjang masa, baik waktu damai maupun di waktu perang, baik dalam segi akhlak, peragulan, muamalah, manhaj, metode maupun sistem kehidupan di dunia dan akhirat.

     Mereka lah yang dikatakan muslim sejati, contoh dan teladan. Mereka adalah produk-produk hasil pendidikan madrasah kenabian.
Metode yang di gunakan Rasulullah Saw dalam membangun pribadi muslim adalah "tauhid untuk berjihad dan berjihad untuk bertauhid."

    Dalam waktu relatif singkat, Rasulullah Saw berhasil membangun insan muslim atas tiga landasan, yaitu:
a.  Akidah yang kokoh dan kuat
b.  Suri teladan yang baik, dan
c.  Memilih orang yang cocok untuk mengemban tugas yang memadai

     Pendidikan kenabian telah mengungkapkan kelebihan dan penampilan yang prima. Abubakar Assiddiq adalah contoh seorang muslim yang penuh rahmat dan kasih sayang dalam segala ilustrasi dan maknanya. Umar adalah orang yang paling kuat dan teguh jiwanya. Utsman paling tinggi sifat malunya. Ali orang yang paling mampu dalam bidang peradilan. Sedangkan Thalhah rahman bin Auf adalah pedagang yang masyhur dan sukses, dan Abu Ubaidah Ibnul Jarrah adalah seorang pemegang amanat Allah dan amanat Rasulullah Saw.

    Contoh-contoh dan keteladanan mereka akan terus berlangsung sepanjang jaman dan dari abad ke abad akan tetap dibicarakan. Allah Swt berfirman:
       "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, mereka di beri petunjuk oleh Rabb mereka karena keimananya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan."      (Yunus 9)
Ya, di surga mereka akan menjadi lebih agung. mereka mendapat kelebihan di sisi Allah.
        "Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Robbnyalah mereka melihat."       (Al Qiyamah 22-23)

       "Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, ..."    (At Taubah 72)

Mereka berlomba-lomba saling mendahului dalam meraih kebaikan hidup di dunia dan di akhirat, seperti yang difirmankan Allah Swt:
       "Dan orang-orang yang paling dahulu beriman. Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam surga-surga kenikmatan."        (Al Waqiah 10-12)

     Apabila mengkaji peri kehidupan sepuluh orang sahabat yang mendapat kabar gembira masuk surga itu, maka kita akan melihat bahwa mereka memang beramal shaleh, memiliki pendirian, sikap dan pengorbanan terhadap Dinullah. Kehidupan mereka dan kepastianya (kenyataan).
    Dalam buku ini saya berusaha menyorot cahaya ke arah keteladanan dan keagungan kehidupan mereka, agar cahaya itu dapat dijadikan pelita harapan dan amal perbuatan bagi generasi-generasi muslim mendatang.
Di saat umat islam menempuh perjalanan berbahaya dalam sejarah perjuangan menghadapi musuh-musuh islam, maka umat islam amat memerlukan persiapan dan kekuatan. Persiapan dan kekuatan tersebut dapat kita petik dari keteladanan mereka yang indah mempesona, baik, benar dan bersifat membimbing.
   
      Dalam uraian buku ini, pertama kali saya buka kisah keteladanan Abubakar dan Umar ra, karena periode khalifah mereka masih diliputi suasana periode kenabian. Sedangkan pada bagian ke dua, baru saya uraikan keenam orang yang diridhoi Rasulullah Saw ketika beliau wafat. Mereka dipilih Umar ra dan ditunjuk sebagai kelompok yang bijak dalam pemilihan khalifah baru setelah Umar ra. Mereka yang terpilih itu adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Azzubair, Abdurrahman bin Auf, dan Sa'ad bin Abi Waqqash. terbunuhnya Umar ra merupakan isyarat akan datangnya jaman baru.

    Bagian ketiga menyangkut dua orang yang tersisa, yaitu Said bin Zaid dan Abu Ubaidah ibnul Jarrah. Walaupun dalam penulisan ini saya menjahui rincian sejarah mereka, tapi saya tidak dapat mengabaikan penjelasan yang menyangkut mereka masing-masing, sebagaimana tercantum dalam buku-buku genealogi (Keturunan)
     Akhirnya saya mohon hidayah dan taufik ilahi. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepad Rasulullah, Muhammad Saw, keluarga dan sahabat-sahabat beliau.
         "...Ya, Robb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman: Ya, Robb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."   (Al Hasyr 10)