Selasa, 28 Agustus 2012

Umar Ibnul Khattab (Al FaruQ)



Kedudukan dan Martabatnya
     Sayyidina Umar Ra merupakan orang ke tiga dalam urutan perjuang-perjuang dakwah islamiah sesudah Rasulullah Saw dan Abubakar Assiddiq Ra.
     Umar Ibnul Khattab berasal dari kabilah Quraisy dan bertemu saudara sedarah dengan Rasulullah Saw pada kakek mereka. Ka'ab bin Luai.
     Umar mewarisi beberapa kekhususan dari unsur-unsur Arab. Dia berasal dari suku Bani Hasyim. Semasa kanak-kanaknya dia menggembala domba milik ayahnya.
Ketika menjabat khalifah, dia berkata kepada orang-orang yang berada di sekitarnya:
                  "Aku melihat diriku penggembala domba milik ayahku dan sekarang aku dilihat dan tiada ada di atasku kecuali Allah, Robb semesta alam."

    Dia senang berbicara tentang kanikmatan-kenikmatan yang telah diberikan Allah Ta'ala untuknya, antara lain karena dia selalu merasa terpangil untuk berjuang di dalam dakwah. Ia selalu mengakui hal itu sebagai anugerah Allah untuknya.


Kunjungan Tiba-Tiba
    Marilah kita ikuti langkah-langkah Umar yang tengah berjalan menuju rumah Said bin Zaid, suami adiknya. Dengan membawa sebilah pedang, dia menuju rumah adik iparnya. Tujuannya tak lain hendak membunuh Said bin Zaid dan Fatimah binti Alkhattab.
    Namun situasi demikian cepatnya berubah. Sesampainya di rumah mereka , Umar yang terkenal watak kerasnya, menjadi lunak, dan lembut setelah bertemu kedua suami istri itu.
    Lantas, apa yang menyebabkan Umar, singa padang pasir itu berubah?
Inilah kisah awal perjuangan dirinya dalam kehidupan Islamiah.


Apa yang Menyebabkan Umar Masuk Islam
        Pada suatu hari Umar berjalan dengan menyandang pedang menuju tempat berkumpulnya Rasulullah Saw yang pada saat itu sedang berkumpul dengan para sahabatnya sebanyak kira-kira empat puluh orang.
        Pada waktu itu Rasulullah Saw sedang berkumpul dalam sebuah rumah dekat bukit Assofa. Di antara mereka terdapat paman beliau sendiri, yaitu Hamzah bin Abdulmuttalib, Abubakar Assiddiq, Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain.
        Ketika Umar sedang berjalan menuju ke tempat itu, ia dicegat oleh Nu'aim bin Abdullah yang langsung bertanya kepadanya, "Hendak kemana engkau, hai Umar?"
       Umar menjawab, "Aku sedang mencari Muhammad. Dia telah meninggalkan agama kita dan telah memecah belah kaum Quraisy. Dia telah menghina agama nenek moyangnya, dan memaki tuhan kita. Oleh karena itu aku akan membunuhnya!"

       Nu'aim berkata, Demi Allah, kamu telah tertipu oleh dirimu sendiri, hai Umar! Apakah kamu mengira bani Abdi Manaf akan membiarkanmu berjalan leluasa di muka buma sesudah kamu berhasil membunuh Muhammad?  Sebaiknya kamu pulang ke rumahmu dulu, luruskanlah dulu urusan keluargamu sendiri!"
       Umar bertanya keherana, "Siapa yang kamu maksud dengan keluargaku, dan apa maksudmu?"
Nu'aim menjawab dengan senyum tipis, "Iparmu dan anak pamanmu sendiri, yaitu Said bin Zaid, bahkan adikmu sendiri, Fatimah binti Khattab, telah masuk islam dan mengikuti agama Muhammad. Merekalah yang harus kamu selesaikan urusannya."
       Mendengar perkatanaan Nu'aim, Umar bagai disengat kalajengking. Tak terkirakan terkejutnya. Dengan penuh kemarahan, Umar langsung merubah haluan dan pergi menuju rumah kedua orang keluarganya.
      Pada waktu itu di rumah Said sedang berkunjung seorang sahabatnya, Khabbab ibnul Aratt yang sedang membacakan ayat-ayat Al Qur'an kepada mereka.

      Ketika Umar datang, Fathimah cepat-cepat mengambil lemabaran-lembaran yang bersisi ayat-ayat tersebut dan menyembunyikanya di bawah pahanya. Padahal ketika Umar mendekati rumahnya, ia mendengar bacaan Khabbab, sehingga Umar bertanya kepada mereka, "Syair apa yang telah aku dengar tadi? Saya telah diberitahu bahwa kalian berdua telah mengikuti agama Muhammad." Setelah berkata begitu Umar menyerang Said.
       Melihat akan dianiaya Umar, Fathimah melompat dan berusaha mencegah, tapi malah fathimah yang terkena tamparan Umar, sampai kepalanya berdarah.
       Peristiwa ini bukan membuat ciut hati Fathimah, tapi justru mengobarkan semangat dan keberanian dalam dirinya. Fathimah kemudian berkata kepada kakaknya dengan gagah berani,  "Ya, benar! Demi Allah, kami berdua telah masuk islam dan beriman kepada Allah dan Rasulnya, Muhammad. kini kau sudah mengetahuinya. perbuatlah sesuka hatimu terhadap kami. Kami tidak akan gentar sedikitpun."

       Setelah melihat darah mengucur dari kepala adiknya, ia merasa menyesal. Ia lalu menahan amarahnya dan berkata lagi kepada adiknya, "Kalau begitu, berikan padaku lembaran syair yang telah aku dengar tadi agar aku dapat mempertimbangkan apa yang telah diajarkan Muhammad kepadamu."
       Kemudian Fathimah memberikan lembaran ayat suci tersebut kepada Umar. Dalam lembaran tertulis surat Thaha. Setelah selesai membaca lembaran tersebut, Umar berkata,  "Alangkah indahnya kata-kata ini dan alangkah mulianya."
       Mendengar ucapan Umar, maka keluarlah Khabbab dari tempat persembunyiannya seraya berkata,  "Hai, Umar, Demi Allah, aku berharap Allah memilihmu untuk menerima dakwah nabiNya. Kemarin aku mendengar Rasulullah Saw berdoa: "Ya, Allah, teguhkanlah islam dengan berislamnya Abi Alhakam bin Hisyam (Abu Jahal) atau Umar ibnul Khattab. waspadalah, wahai Umar."

      Umar berkata kepada Khabbab , "Wahai Khabbab, tunjukkanlah kepadaku tempa Muhammad. Aku akan menemuinya dan aku akan masuk islam.
      Khabbab menjawab, "Dia sedang berkumpul bersama kawan-kawannya di sebuah rumah dekat Assofa."
Setelah mendengar keterangan itu, Umar pergi dengan menyandang pedangnya menuju tempat Muhammad. Sesampainya di rumah itu, ia lalu mengetuk pintu.
      Salah seorang sahabat Rasulullah mengintip dari celah pintu dan melihat Umar menyandang pedang yang terhunus. Melihat demikian, sahabat ketakutan dan langsung memberitahu Rasulullah Saw.
      Untuk melindungi Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muttalib berkata kepada Rasulullah Saw,  "Apakah engkau mengijinkan aku untuk menghadapinya? Kalau dia bermaksud baik kita layani dia dengan baik, tapi kalau dia bermaksut jahat, maka kita bunuh dia dengan pedangnya."

       Mendengar perkataan Hamzah, Rasulullah mengijinkannya.
Hamzah lalu menemui Umar di lorong sempit dan meremas bajunya. Di tariknya erat-erat baju Umar, seraya berkata,  "Apa sebab engkau datang ke sini, hai, Ibnul Khattab?  Demi Allah, tidak akan saya lepaskan engkau sampai Allah menimpakan bencana kepadamu."
       Umar berkata, "Ya, Rasulullah, aku datang untuk beriman kepada Allah dan RasulNya, dan kepada apa yang datang dari Allah."

       Betapa terharu dan leganya Muhammad Saw mendengar pengakuan Umar, begitu pula para sahabat Ra. Muhammad memang berharap dia mendapat hidayah dari Allah Ta'ala. Beliau mempunyai firasat Umar memiliki potensi besar. Jiwanya hidup, kepribadianya mulia dan ia siap menerima segala kebaikan.
       Allah Ta'ala telah mengabulkan doa Rasulullah yang meminta agar Allah memberi hidayah kepada salah satu seorang dari kedua tokoh yang berpebgaruh dan disegani yaitu Umar ibnul Khattab atau Amru bin Hisyam (Abu Jahal). Akhirnya Allah memberi hidayah kepada Umar Ibnul Khattab.
       Allah telah menyelamatkan Umar dari jurang syirik menuju kepada kemuliaan islam. Inilah pertama kalinya cahaya keimanan menyinari dan membuka hati Umar. Bagi Umar ayat-ayat Al Qur'an adalah rahasia hidayah, penggerak dan penghidup hatinya.

Allah berfirman:
                   "Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulanh, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Robbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, niscahya tak ada baginya seorang pemimpinpun."
   (Az Zumar 23)

      Umar masuk islam pada bulan Dzulhijah, tahun ke enam sesudah kenabian dan kerasulan Muhammad. sebelumnya telah ada 39 pria dan 23 wanita yang masuk islam.



Kepribadian yang Patut Direnungkan
        Merupakan suatu hal yang aneh, seorang manusia yang berasal dari masyarakat badui tulen dan dari sumber jahiliah pertama menjadi seorang amirul mukminin.
        Umar tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah apalagi sampai merantau ke pelosok negeri untuk menuntut ilmu atau hidup di tengah-tengah ahli pemikir. Tapi nyatanya, ia dapat memberi conrtoh kepada kaumnya dalam mengurus pemerintahan dan kekuasaan yang penuh dengan keadilan, kebijaksanaan, keutamaan, dan berlandaskan figih (hukum) islam.
        Di masa sebelum masuknya islam, Umar dikenal di kalangan kaumnya sebagai utusan yang mampu berdiskusi, berdialog dan memecahkan berbagai urusan. Dia juga pedangang yang mahir dan tekun dalam perdagangannya. Ia dikenal sebagai orang yang mempunyai temperamen kasar, kokoh dalam memegang prinsip, dan berkedudukan tinggi. Oleh karena itu ia digelari Alfaruq Umar ibnul Khattab Ra.

        Tak lama setelah menyatakan keislamanya, ia berkata kepada Rasulullah Saw, "Ya, Rasulullah, mengapa kita sembunyi-sembunyi dalam menyiarkan agama kita, padahal kita berada di atas kebenaran dan mereka (kaum kafir) berada di atas kebatilan?"
        Rasulullah Saw menjawab,  "Jumlah kita sedikit dan kamu dapat melihat sendiri apa yang selalu kita alami."
Umar berkata lagi, "Demi yang mengutus engkau dengan haq, aku berjanji bahwa di tiap-tiap tempat yang pernah aku sebarkan kekafiran, akan aku datangi untuk menyebarkan keimanan."
        Pada suatu hari Rasulullah Saw bersama kaumnya pergi menuju Ka'bah dengan dua barisan. Barisan pertama dipimpin oleh Hamzah, dan barisan ke dua dipimpin oleh Umar. Ketika melihat kedua barisan yang dipimpin oleh Hamzah dan Umar, kaum kafir tampak muram wajahnya dan kecut hatinya. Maka sejak itu Rasulullah Saw memberi gelar Umar dengan "ALFARUQ" yang artinya "pembela antara haq dan batil."



Umar dan Hijrah
         Ketika kaum muslimin hijrah ke Madinah, mereka seluruhnya meninggalkan kota Makah secara sembunyi-sembunyi, kecuali Umar. Hanya Umar yang hijrah secara terang-terangan.
         Ia sengaja pergi di siang hari dan melewati gerombolan-gerombolan Quraisy. ketika melewati mereka, Umar berkata, "Aku akan meninggalkan Makah dan hijrah ke Madinah. barang siapa yang ingin menjadikan ibunya kehilangan putranya atau ingin anaknya menjadi yatim, silahkan menghadang aku di belakang lembah ini!"
         Mendengar perkataan Umar yang gagah itu, tidak seorangpun yang berani membuntuti apalagi mencegah Umar.
Itulah kekuatan yang dimiliki Umar sejak awal keimanannya sampai dalam mengarungi seluruh hidupnya.
         Di jaman ini, alangkah butuhnya kita memiliki orang yang berkekuatan seperti Umar. Kuat jiwa raganya dan kokoh kepribadianya. Karena Allah senang kepada orang-orang yang berjiwa kuat dan benci kepada orang-orang yang berjiwa lemah.
         Apa yang dapat membangkitkan kejayaan islam adalah apa dan bagaimana yang pernah dikerjakan kaum muslimin terdahulu.
Kaum muslimin yang ada dewasa ini seperti anak-anak yatim menghadapi hidangan kaum yang rakus dan keji. Tidak ada yang menyayangi dan mengasihi, kecuali kekuatan mereka sendiri.
        Seruan Allah terus-menerus berkumandang di telinga kaum muslimin untuk membangkitkan mereka yang lengah, lalai dan lemah.
                   
                    "Dan  siapkanlah  untuk  menghadapi  mereka  kekuatan  apa  saja  yang kamu sanggupi ..."    (Al Anfal 60)



Pikiran yang Lurus dan Tepat
         Ketika terjadi fitnah dan bohong yang menyangkut Siti Aisyah Ra, Rasulullah Saw bermusyawarah dengan beberapa tokoh sahabat untuk dimintai tanggapan mereka.
         Ketika beliau berbicara dengan Umar Ra maka Umar berkata, "Ya, Rasulullah, siapakah yang mengawinkan Rasulullah dengan Aisyah?  "Nabi Saw menjawab,  "Allah."
Umar bertanya lagi, "Apakah Allah menipu anda?"
                  "Maha suci, Engkau, ya, Allah Sesungguhnya ini berita bohong yang besar, "Ucap Rasulullah.

Setelah beliau mengucapkan itu, turunlah firman Allah:
                  "Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Roob kami), Ini adalah dusta yang besar."   (An Nuur 16)

        Ini hanya merupakan sebuah contoh dan masih banyak lagi ayat Al Qur'an yang turun membenarkan pendapat Umar Ra. Umar Ra berkali-kali berkata kepada Rasulullah Saw:
                  "Jelaskanlah bagi kami keputusan yang memuaskan tentang minum arak."
        Tak lama kemudian, setelah Umar berkali-kali berkata begitu, turunlah firman Allah Ta'ala:
                  "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntnggan."  (Al Maidah 90)
         Abdullah bin Ubai adalah pemimpin kaum munafik, tapi ada di antara anak-anaknya yng menjadi pemimpin dan pejuang kaum muslim. Oleh karena itu, ketika Abdullah bin Ubai wafat, Rasulullah Saw hendak menyolatinya sebagai tanda simpati kepada anaknya yang muslim. Tapi perbuatan tersebut di tegur Umar Ra. Ia berkata kepada Rasulullah Saw,  "Ya, Rasulullah, bagaimana engkau menyolati orang munafik ini padahal dialah yang berkata,  "Orang-orang yang kuat akan mengusir orang-orang lemah dari padanya."    
   (Al Munafiquun 8)
Setelah Umar berkata begitu, turunlah ayat Al Qur'an:
                "Dan janganlah kamu sekali-kali menyolati (jenazah) seorang yang mati diantara mereka , dan janganlah kamu berdiri di kuburannya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan rasulNya dan mereka mati dalam keadaan fasik."  (At Taubah 84)


       Ketika terjadi perang Badar, banyak kaum kafir Quraisy yang menjadi tawanan kaum muslim. Seperti biasanya, Rasulullah Saw bermusyawarah dengan para sahabat tentang tindakan yang patut di berikan kepada para tawanan itu. Hal tersebut dimusyawarahkan karena Rasulullah belum diserahi ketetapan Allah tentang kebijaksanaan perkara ini.
       Umar Ra berpendapat seluruh tawanan harus di bunuh, sedangkan Abubakar Ra berpendapat para tawanan itu dibebaskan dengan tebusan oleh keluarga para tawanan.
        Ternyata Rasulullah Saw menyetujui dan melaksanakan pendapat Abubakar Ra. Tapi tak lama kemudian turun ayat:
                   "Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."  
  (Al Anfal 67)

       Turunnya ayat ini menyuratkan bahwa Allah membenarkan pendapat Umar Ra. Mendengar ayat ini Abubakar langsung menangis dan berkata,  "Kalau sekiranya turun azab dari langit maka tidak akan ada yang selamat kecuali Umar."





Bersambung ke 2 ..



               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar