Kamis, 23 Agustus 2012

Abu Bakar bin Abi Qohafah (Assiddiq)




Silsilahnya
     Abubakar Assiddiq ra adalah seorang Quraisy dari kabilah yang sama dengan Rasulullah Saw, meskipun lain keluarga. Abubakar ra berasal dari keluarga TAMIMI, sedang Rasulullah Saw dari keeluarga HASYIMI, Tapi kedua-duanya berasal dari satu suku, yaitu suku Quraisy.
   
Keutamaanya
      Abubakar Assiddiq adalah seorang pedagang yang selalu memelihara kehormatan dan harga dirinya. Ia seorang yang kaya harta, pengarunya besar dan memiliki akhlak yang mulia. Dari sebelum datangnya agama islam, ia sudah menjadi kawan akrab Muhammad Saw. Oleh karenanya sifat dan tabiatnya mirip dengan Muhammad Saw.
     Belum pernah ada orang yang menyaksikan dia minum arak atau menyembah berhala. Dia juga tidak pernah berdusta. Oleh karena itu tidak heranlah bila dia berkawan erat dengan Muhammad Saw. Usianyapun hampir sama dengan usia Nabi Saw. Begitu pula delam kemuliaan, profesi dan keturunan, sehingga tidak heran bila dia menjadi khalifah pertama setelah Rasulullah Saw wafat.
     Abubakar ra seorang pedagang, begitu pula Rasulullah Saw. Dia menepati kedudukan terhormat di kalangan kamunya, begitu pula Rasulullah yang dikenal sebagai pemuda yang jujur (Alamin). Maka tidak mengherankan, bila Abubakar menjadi orang pertama (pria) yang menyambut dan menerima dakwah Rasulullah Saw.


Rahasia kebesarannya
       Nabi Saw selalu mengutamakan Abubakar ra daripada sahabat-sahabatnya yang lain, sehingga tampak menonjol di tengah-tengah orang lain. Dari besarnya perhatian Rasulullah kepadanya, orang sudah bisa meramalkan dia akan menjadi khalifah yang sukses dalam setiap sikap dan pendirian dalam menghadapi tantangan kehidupan ini. Dia telah dapat meraih ketinggian budi dan kesempurnaan iman. Hal ini disaksikan sendiri oleh Rasulullah Saw dalam sabdanya:
        "Jika ditimbang keimanan Abubakar dengan keimanan seluruh umat akan lebih berat keimanan Abubakar."  (HR. Al Baihaqi dalam Asysyiib)

     Diantara para sahabat memang ada yang lebih berani dan lebih berpengetahuan dari dirinya, tapi tidak ada yang lebih besar keimanannya  dari Abubakar.
Al Qur'an pun banyak mengisyaratkan sikap dan tindakannya seperti yang dikatakan Allah dalam firmanya:
       "Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkanya baginya jalan yang mudah."  (Al Lail 5-7)

     "Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkanya, padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Robbnya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan."   
(Al Lail 17-21)

Allah Ta'ala juga berjanji dalam firmanNya:
          "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan "Robb kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu."     (Fushshilat 30)

Allah Swt juga mengabdikan sebuah kisah untuk kita jadikan hikmah:
           " ... dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita ..."
(At Taubah 40)


Abubakar mengajak Manusia kepada Islam
Ahli sejarah, Ibnu Ishaq berkata:
        Setelah Abubakar ra memeluk agama Islam dan menyatakan keislamannya secara terbuka, dia mengajak orang-orang kepada Allah Swt."

   Abubakar adalah orang yang baik hati, ramah, dan pandai bergaul dengan kaumnya dan mudah jika berurusan dengannya. Dia termasuk yang berketurunan tinggi (bangsawan) dalam suku Quraisy, dan banyak mengetahui kebaikan dan keburukan sukunya.
    Dia pedagang yang berakhlak, bermoral tinggi sehingga tak heran bila di disenangi dalam pergaulan. Banyak kaumnya yang datang kepadanya dengan sengaja untuk berbagai urusan. Pada saat itu, orang yang dipercayainya diajak masuk islam.
    Orang yang menerima ajakannya, antara lain Azzubair ibnul Awwam, Utsman ibnu Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Abdurahman bin Auf. Mereka pergi menemui Rasulullah dengan disertai  Abubakar. Rasulullah Saw menawarkan Islam kepada mereka, membacakan beberapa ayat Al Qur'an dan menjelaskan kebenaran ajaran islam. Serentak mereka menyambut dan menyatakan keisalamnya. Mereka tergolong delapan orang pertama yang masuk islam."  (Dari kitab Albidayah)


Keimanannya Tanpa Ragu
     Awalnya Abubakar masuk islam adalah ketika ia bertemu dengan Rasulullah Saw. Ia bertanya, "Ya Muhammad, apakah benar apa yang dituduhkan kaum Quraisy terhadapmu bahwa kamu meninggalkan tuhan-tuhan kita, merendahkan akal pikiran kita dan mengkufuri ajaran-ajaran nenek moyang kita?"
 
     Muhammad Saw menjawab, "Ya benar! Sesungguhnya aku ini rasul Allah dan NabiNya. Allah mengutus aku untuk menyampaikan risalahNya dan mengajakmu kepada Allah yang benar. Demi Allah, itu adalah haq. Aku mengajakmu, hai Abubakar kepada Allah Yang Esa, tunggal, tiada sekutu bagiNya. jangan kamu menyembah selain Allah dan patuh serta taatlah kepada-Nya.
     Kemudian Rasulullah Saw membaca beberapa ayat Al Qur'an. dengan serta merta Abubakar masuk islam. Ia mengkufuri patung berhala dan menjadi mukmin yang benar. Oleh karena itu, Rasulullah Saw bersabda:
           "Tiada aku mengajak seorang masuk islam, tanpa ada hambatan, keraguan, tanpa mengemukakan pandangan dan alasan, hanya Abubakar lah. Ketika aku menyampaikan ajakan tersebut, dia langsung menerimanya tanpa ragu sedikitpun."   (Dari kitab Albidayah Wannihayah)

Rasulullah menyebut Abubakar dengan bangga dan mengingatkan orang lain tentang dia sebagai pendahulu dalam menerima agama islam dan terhadap jasa-jasanya yang besar dalam menegakkan Kalimatullah.
Rasulullah Saw bersabda:
          "Sesungguhnya Allah mengutusku kepadamu dan kamu berkata, "Engkau pendusta!. Abubakar menyantunni aku dengan dirinya dan hartanya. Tidakkah kalian berhenti menganggunya." dan sesudah itu, Abubakar tidak pernah diganggu lagi.   (HR. Bukhari)

    Sahabat Abdullah Ibnu Abbas Ra ditanya, "Siapa orang pertama yang beriman (kepada Muhammad)?"  Abdullah ibnu Abbas menjawab, "Abubakar Assiddiq."





Dari Perlindungan Manusia kepada
Perlindungan Allah
       Meskipun Abubakar berkedudukan mulia dalam lingkungan kaumnya, tapi ia juga tidak luput dari gangguan kaum Quraisy.
Diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Siti Aisyah ra: "Ketika kaum muslim di Makkah yang berjumlah sedikit mengalami tekanan dan penganiayaan dahsyat, Abubakar minta ijin kepada Rasulullah Saw untuk hijrah ke Habasyah. Rasulullah Saw mengijinkannya, maka pergilah dia.
      Ketika sampai ke suatu tempat yaitu BARKULIMAD, ia bertemu dengan Ibnu Addaghnah, pemimpin suku setempat. ibnu Addaghnah bertanya, "Hendak kemana hai Abubakar?"
  Abubakar menjawab, "Aku dipaksa keluar (dari Makkah) oleh kaumku, dan aku ingin merantau di muka bumi sehingga aku dapat beribadah kepada Robbku."
     Ibnu Addaghnah berkata, "Orang seperti engkau, hai Abubakar tidak boleh keluar atau di keluarkan. Engkau menolong orang, suka bersilahturahim , membantu orang sengsara dan lemah, dan menghormati tamu. Aku bersedia menjadi pelindungmu. Kembalilah dan sembahlah Tuhanmu di negerimu.

    Abubakar ra pulang ke Makkah bersama Ibnu Addaghnah. Ia memberitahu Quraisy bahwa dialah yang melindungi Abu Bakar dan ia melarang siapapun juga menganggu Abu Bakar.
Mengetahui hal itu kaum Quraisy mengemukakan persyaratan . Abubakar tidak akan diganggu asalkan ia tidak bersuara keras dalam beribadah karena dikhawatirkan kaum wanita dan anak-anak mereka terpengaruh.
 
      Setelah itu, Abubakar membangun sebuah musholla di halaman depan rumahnya. Ia shalat dan mengaji Al Qur'an di situ. Para wanita dan anak-anak kaum musyrikin tertarik dan sering menyaksikannya.
Setiap kali sehabis membaca Al Qur'an, Abubakar ra menangis, sehingga tokoh-tokoh kaum musyrikin penasaran dan khawatir. Mereka lalu mengutus seseorang untuk menemui Ibnu Addaghnah, dan berkata, "Kami mengabulkan perlindunganmu terhadap Abubakar dengan syarat dia menyembah Tuhanya di rumahnya. Tapi ternyata dia melanggar perjanjian. Abubakar bahkan membangun musholla di halaman rumahnya. Ia shalat dan membaca dengan suara lantang. Kami takut anak-anak dan istri-istri kami terpengaruh. Oleh karena itu laranglah dia. "Kalau dia mau menyembah Tuhanya di rumahnya, biarkanlah, tapi kalau dia tidak mau, maka dia harus mengembalikan perlindunganmu.

    Ibnu Addaghnah kemudian pergi menemuni Abubakar dan berkata, "Engkau telah mengetahui perjanjianku dengan Quraisy. Engkau tepati atau kembalikan janji perlindunganku,"
     Abubakar berkata, "Aku kembalikan janji perlindunganmu dan ridho dengan perlindungan Allah Azza Wajalla,"
Sesudah Addaghnah tidak melindunginya lagi gangguan Quraisy terhadapnya semakin gencar.
Inbu Ishaq berkata:
        "Pada suatu ketika, Abubakar bersandar di dinding Ka,bah. Lalu datang orang jahil bermoral rendah. Ia menghampiri Abubakar dan menaburkan pasir di atas kepala Abubakar.

    Setelah itu Alwalid ibnul mughirah atau Alaash bun Waail lewat lewat, dan Abubakar berkata kepadanya, "Tidakkah kamu melihat apa yang dilakukan orang jahil itu kepadau?"
Alwalid  menjawab, " Kamu yang menyebabkan hal itu karena menanggalkan perlindungan Ibnul Addaghnah."  Abubakar berkata, Ya Tuhanku, alangkah sabar dan pemaaf Engkau. Ya, Tuhanku, alangkah sabar dan pemaaf Engkau. Ya, Tuhanku alangkah sabar dan pemaaf Engkau."





Sikapnya yang Mencerminkan Kekuatan Iman
     Setelah peristiwa Isra' orang-orang yang mendustakannya mendatangi Abubakar seraya berkata, "Apakah kamu mendengar apa yang diceritakan kawanmu?"
     Abubakar spontan menjawab tanpa ragu, "Demi Allah, kalau memang itu yang diucapkannya pasti benar. Dia (Muhammad) memberitahu aku bahwa berita-berita dari langit sampai ke bumi hanya dalam satu jam, malam atau siang dan aku mempercayainya, sedang itu lebih aneh dari yang kalian herankan."


Kecintaan Abubakar Ra Pada Rasulullah Saw
     Kekuatan akhidah dan keteguhan iman dapat dilihat pada saat orang menghadapi perjuangan (kekerasan). Kekuatan akhidah dan keteguhan iman  Abubakar dapat dibuktikan dalam segala situasi dan kondisi. Bukti yang nyata adalah saat dia hijrah ke Madinah.

   Albaihaqi meriwayatkan bahwa di masa khalifah Umar Ra ada beberapa orang yang berbincang-bincang. Orang itu lebih mengutamakan Umar Ra daripada Abubakar. Berita tersebut sampai kepada Umar, lalu Umar berkata:
            "Demi Allah, satu malam dari Abubakar lebih baik dari seluruh keluarga Umar. Satu hari dari Abubakar lebih baik dari seluruh keluarga Umar. Ketika Rasulullah Saw pergi menuju gua bersama Abubakar, sebentar-sebentar Abubakar berjalan di depan Rasulullah dan sebentar kemudian berada di belakang Rasulullah Saw. Melihat demikian Rasulullah Saw bertanya, "Mengapa engkau berbuat begitu, hai Abubakar?"

    Abubakar menjawab, "Ya, Rasulullah, aku ingat lawan mengejar dari belakang, maka aku berjalan di belakangmu, lalu aku ingat pengintaian lawan dari depan untuk mencelakakanmu maka aku berjalan di depanmu."
    Rasulullah Saw bertanya, Ya, Abubakar, kalau terjadi sesuatu apakah kamu lebih suka dirimu yang terkena dan bukan aku?"
    Abubakar menjawab, "Benar demikian , Ya, Rasulullah. Demi yang mengutusmu dengan haq."
Ketika mereka tiba di pintu gua, Abubakar Ra berkata, "Tetaplah di tempatmu, ya Rasulullah. Aku akan turun dulu untuk mengamankan gua."
    Lalu Abubakar masuk ke dalam gua. Setelah diketahui gua itu aman, Abubakar berkata, "Turunlah, ya, Rasulullah."
    Umar amat terharu dengan perlakuan Abubakar terhadap Rasulullah Saw, maka ia berkata, "Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, malam itu lebih baik dari seluruh keluarga Umar."




Di Waktu Perang Badar
    Sewaktu akan menghadapi perang Badar, kaum muslimin bersiap-siap menghadapi musuh. Mereka cepat mengambil posisi di medan tempur, dan pada waktu itu Rasulullah Saw masih khusyu berdoa:
            "Ya, Allah, jika Engkau binasakan kelompok ini maka Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi."

  Saat itu Abubakar menghampiri Rasulullah Saw dan berkata, "Ya, Rasulullah, tenangkan dirimu dan mantapkan hatimu. Sesungguhnya Allah pasti akan menepati janjiNya dan sekali-kali tidak akan mengecewakanmu."
Mendengar perkataan Abubakar hati Rasulullah Saw menjadi mantap dan tenang. Pantaslah bila Rasulullah menggelarinya Assiddiq, orang yang selalu benar dan membenarkan Muhammad sebagai RasulNya.


Sikap Abubakar Menghadapi Perjanjian
Hudaibiyah
     Pada waktu perjanjian Hudaibiyah (sebelum Makkah di kuasai) kaum muslim bersama Nabi Saw pergi ke Makkah untuk berziarah ke Baitul Haram (Ka'bah). Hal itu sesuaijanji Rasulullah Saw kepada para sahabat untuk memasuki Makkah. Ketika mereka sudah dekat Makkah, mereka melihat seolah-olah Ka'bah melambai-lambai menantikan kedatangan mereka. Harapan manis pun memenuhi hati mereka. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan berita pembatalan ziarah atas perintah Rasulullah Saw sesuai dengan perintah Allah Swt. Maka terjadilah kericuhan di kalangan kaum muslim.

     Mereka bertanya kepda Rsulullah Saw, "Ya, Rasulullah, mengapa kita mengalah dalam urusan agama kita?" Bahkan Umar Ra pun berkata kepadanya, "Ya, Rasulullah, bukankah kita di atas kebenaran dan mereka di atas kebatilan? Bukankah kita orang-orang beriman dan mereka orang-orang musrik? Mengapa kita menerima penghinaan dalam urusan agama kita."
     Rasulullah Saw menjawab,  "Demikian itulah yang diperintahkan Allah kepadaku."
Tapi jawaban tersebut belum memuaskan Umar Ra, maka dia pergi menemui Abubakar Ra dan berkata, "Bukankah kita sudah dijanjikan Nabi Saw untuk memasuki Makkah?"

    Abubakar Ra menjawab, "Apakah Nabi Saw menjanjikan tahun ini?  Alangkah kelirunya kamu, ya, Umar. Berpegang teguhlah kepada firasat beliau, dia benar-benar seorang Rasul." Demikianlah jawaban yang diberikan Abubakar Ra, Di saat kaum muslim meragukan sabda rasulNya, ia tetap beriman kepada kebenaran Rasulullah Saw.



Bersambung..,  2



Tidak ada komentar:

Posting Komentar