Senin, 27 Agustus 2012

Abu Bakar bin Abi Qohafah (Assiddiq) II




Setia Kawan - Persaudaraan - Keimanan
      Kini anda sudah mengetahui kokohnya keimanan Abubakar , kepercayaan nya tanpa batas, perasaannya hidup sejak kelahiran dakwahnya, baik dalam peristiwa Isra' Mi'raj, pada waktu perang Badar, dan kala menuju Makkah. Kini marilah kita amati kisah-kisah keteladanaannya yang lain.
    Ketika tersiar berita wafatnya Rasulullah Saw, umat islam dilanda kepanikkan. Umar kehilangan kendali dan kesadaran dirinya. Umar berkata, "Muhammad Saw tidak mati. Barang siapa mengatakan Muhammad telah wafat, akan ku penggal lehernya!"

Pada waktu itu, Abubakar menghampiri Umar untuk menyadarkannya dan menentramkan hatinya dengan membacakan ayat Al Qur'an, seolah-olah Umar belum pernah mendengarnya:
              "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? ...
     (Al Imran 144)

  Mendengar nasehat ini hati Umar menjadi tentram dan iapun segera menyadari kealpaannya. Jika begitu, tidakkah Abubakar Ra patut memperoleh kabar gembira masuk surga? Kalau dia dikatakan tidak patut, maka siapa lagi yang patut dan berhak masuk surga, padahal Rasulullah Saw telah bersabda:
               "Jikalau aku boleh menunjuk dari hamba-hamba Allah seseorang Kholil (kawan kesayangan) maka aku akan menunjuk Abubakar sebagai Kholil, tapi karena kesetiakawanan , persaudaraan dan keimananlah, sehingga Allah mengumpulkan kita bersama di sisinya." 
      (HR. Bukhari dan Muslim)

    Abubakar Ra adalah mujahid dakwah petama yang rela berkorban dengan diri dan hartanya. Dia menebus tujuh orang mukmin yang paling setia, lalu dia memerdekakan mereka dari perbudakan. Oleh karena Nabi Saw bersabda:
             "Tiada seorang pun bermanfaat bagiku hartanya sebagaimana bermanfaat bagiku harta Abibakar."     (HR. Ibnu Maajah dan At Tirmidzi)

    Saudagar besar Abubakar mengetahui benar bahwa tidak ada gunanya harta yang banyak bila tidak di belanjakan untuk kepentingan islam dan kaum muslim. Bukankah seluruh harta benda kita mutlak sepenuhnya milik Allah? Kita hanya diserahi untuk memanfaatkannya sesuai dengan petunjuk dari pemiliknya.
    Oleh karena itu dalam perkara panggilan infak fi sabilillah, Abubakar Ra segera datang menghadap Rasulullah Saw sambil meyerahkan seluruh harta miliknya. Rasulullah Saw bertanya, "apa yang kamu tinggalkan (sisihkan) untuk kelurgamu dan hartamu, hai , Abubakar?"
      "Abubakar menjawab, "Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan RasulNya,"  (HR, Abu Naim dalam Alhulyah)
Itulah yang dikatakan keimanan yang sebenarnya. Itulah yang menyebabkan dia bertahan dengan segala beban dalam rangka mensukseskan dakwah dan meninggikan Kalimatullah. Demikian perilaku orang-orang beriman
      Suatu ketika Abubakar dipukul oleh Utbah bin Rabi'ah dan kawan-kawannya (orang Quraisy) sampai pingsan. Setelah sadar dia bertanya,  "Bagaimana keadaan Rasulullah?"
Dijawab oleh para sahabatnya, "Rasulullah selamat."
Abubakar berkata, "Demi Allah, aku tidak akan makan sesuap atau minum setegukpun sebelum aku berjumpa dengan Rasulullah Saw."
     Hati Abubakar gelisah, sehingga dia pergi menemui Rasulullah Saw di tempat pertemuan, yakni di rumah Daarul Arqom bin Abil Arqom. Abubakar mohon kepada Rasulullah agar berdoa supaya ibunya mau masuk islam. Rasulullah Saw kemudian berdoa dan Allah mengabulkan doa beliau. Ibunda Abubakar akhirnya memeluk islam.

  Tapi bila diteliti rahasia  kebesaran Abubakar pada  Shalat malamnya atau pada puasanya, maka tidak begitu istimewa, karena ibadah-ibadah itu dikerjakan oleh para sahabat Ra lainnya. Rahasia Abubakar yang paling hakiki adalah apa yang terhujam dalam kalbunya. Itulah keimanannya, yang bila ditimbang dengan keimanan seluruh umat maka iman Abubakar lebih berbobot. Hatinya tinduk dan pasrah kepada Allah, dan itu dibenarkan oleh hadist Qudsi firman Allah:
             "Akulah (Allah) pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, dan pengliatannya yang digunakan untuk melihat, dan tanganya yang digunakan untuk kekuatannya dan kakinya yang digunakannya untuk berjalan.  "     (HR. Bukhari)
    Abubakar juga manusia robbani yang lemah lembut seperti angin sepoi, tapi ia jiga bisa keras seperti baja.


Sifat-Sifat Tingkah Lakunya
      Abubakar adalah seorang manusia yang rendah hati, lemah lembut, dan tidak pernah berlaku angkuh, apalagi bertindak sewenang-wenang, baik semasa jaman Jahiliah maupun sesudah dia masuk islam, lebih-lebih sesudah dia menjadi khalifah. Kalau ada orang yang memujinya dia berkata, "Ya , Allah , Engkau lebih mengetahui tentang diriku daripada aku sendiri."  Kalau pada saat naik unta, kebetulan tali kendalinya jatuh, maka dia sendiri yang turun untuk mengambilnya. Ia tidak pernah menyuruh orang lain untuk mengambilnya.

   Dialah orang muslim pertama yang membebaskan budak. Dia juga merupakan khalifah Rasulullah Saw yang pertama, dan orang pertama dari ke sepuluh orang "Almubasysyarin bil jannah"
   Kesadaran hati nuraninya mencegah dia makan sesuatu makanan yang meragukan sumber perolehannya. Dia selalu bersegera menyambut ajakan amal kebajikan dan santunan, seperti puasa sunnah, menengok orang sakit, bersedekah, dan lain-lain, sehingga Umar berkata:
                 "Aku tidak pernah mendahului Abubakar dalam mengamalkan kebajikan. Dia yang selalu mendahuluiku."

Ali bin Abi Thalib Ra berkata:
                 "Itulah perlombaan. Demi yang jiwaku di gengamanNya, tiada kita bersegera dalam amal kebajikan kecuali Abubakar yang selalu mendahului kita."


Perintah Pertama Oleh Abubakar Ra
     Masalah terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah Saw yang menyangkut peperangan sebelum beliau wafat, adalah dalam mempersiapkan tentara yang akan membawa panji dakwah ke negeri jajahan Romawi, yaitu Syam, yang meliputi Syira, Libanon, Yordania, dan Palestina (tempat masjid Aqsho)
     Sebelumnya tentara Muslim sudah pergi dua kali ke arah Baitul Maqdis, yaitu dalam peperangan di Tabuk dan Mu'tah. Kedua peperangan itu adalah perang dalam rangka penjagaan untuk menguji kemampuan diri dan kekuatan lawan.

    Sekarang ini Mu'tah terletak di Yordania dan Tabuk berada di utara jazirah Arab dekat perbatasan Mesir dan Palestina. Jarak dari Madinah ke Tabuk lebih kurang tujuh ratus kilometer.
    Tentara yang dikirim Rasulullah Saw  ke Tabuk berjumlah 30.000 orang, sepuluh kali lipat tentara yang dikirim ke peperangan Mu'tah.
Setelah dua tahun, Rasulullah Saw menyiapkan pasukan tentaranya, maka mereka pun telah siap menuju Mu'tah dan Tabuk.
    Nabi Saw memerintahkan kepada segenap sahabat senior, termasuk Abubakar dan Umar agar ikut serta. Komando tertinggi diserahkan kepada seorang pemuda yang masih berusia di bawah dua puluh tahun, yaitu Usamah bin Zaid.

    Sebelum pasukan diberangkatkan menuju Syam, tiba-tiba kaum muslimin di sibukan oleh sakitnya Rasulullah Saw, sampai akhirnya beliau wafat.
Setelah wafat nya Rasulullah Saw, para sahabat Ra bermusyawarah memilih khalifah pengganti kepemimpinan Rasulullah Saw. Dari hasil musyawarah itu di tetapkan Abubakar Assiddiq sebagai khalifah.
    Setelah beberapa hari Abubakar dipilih menjadi khalifah, ia tetap menyiapkan pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid, meskipun pada waktu itu sebagian kaum muslim telah murtad dan membangkang. Mereka menolak mengeluarkan zakat. Bagaimanapun keadaannya, Abubakar tetap bersikeras melaksanakan rencana Rasulullah Saw.

   Pada saat upacara pelepasan pasukan, Abubakar berdiri, sedangkan Usamah (sebagai kepala pasukan) menunggang kuda yang pernah dinaiki ayahnya, Zaid, ketika mati syahid di dalam peperangan Mu'tah.
Melihat Abubakar yang hanya berdiri itu, Usamah merasa kikuk dan malu. Lalu ia berkata kepada Abubakar, "Demi Allah, engkau menunggang kuda atau aku turun."
    Abubakar Ra menjawab, "Demi Allah, engkau jangan turun dan demi Allah aku tidak mau naik kuda! Apa salahnya jika kaki ku terkena debu tanah fisabilillah barang sebentar?"
     Pada saat itu, Abubakar sebagai khalifah minta ijin kepada Usamah agar Umar Ra tetap tinggal di Madinah dan tidak menyertai pasukan, karena  Abubakar amat membutuhkannya untuk kepentingan pemerintahan yang masih dalam keadaan krisis. Usamah mengabulkan permintaan Abubakar.

    Dalam upacara pelepasan pasukan tersebut, Abubakar berpidato. Dalam pidatonya ia menyampaikan sepuluh pesan bersejarah, yaitu:
                     "Jangan berkhianat, jangan berlebih-lebihan, jangan menipu (berbuat makar), jangan membunuh lawan dengan cara sadis, jangan membunuh anak-anak, lelaki lanjut usia, dan wanita. Jangan menebang pohon kurma atau pohon-pohon yang sedang berbuah, jangan melakukan pembakaran, jangan menyembelih domba, sapi dan unta kecuali hanya untuk sekedar kebutuhan dimakan dagingnya.Nanti kalian akan berjumpa dengan orang-orang yang bertapa dalam biara, biarkan mereka dan jangan mengusik mereka."

    Setelah pasukan tersebut pulang dari medan tempur, Abubakar Ra dan penduduk Madinah menyambut kedatangan mereka. Abubakar sendiri yang memberi penghormatan dan penghargaan kepada pahlawan muda belia itu.
    Peperangan ini merupakan pembuka jalan perluasan wilayah kaum muslim. Selama kurang dari dua tahun kaum muslimin mampu menghadapi tentara Romawi, sehingga mereka dapat menguasai Baitul Maqdis pada masa khalifah Umar ibnul Khattab Ra.




Pengumpulan Ayat-Ayat Al Qur'an
       Peperangan  "Alyamamah" adalah salah satu peperangan yang dihadapi kaum muslimin setelah Rasulullah Saw wafat. Dalam peperangan tersebut banyak penghafal Al Qur'an yang gugur. Bagaimana kalau sisa-sisa penghafal (huffadz) Al Qur'an gugur semua?
      Itulah pertanyaan yang terus mengganggu pikiran Umar Ra semasa khalifah Abubakar. Oleh karena itu Umar berpendapat Al Qur'an harus dikumpulkan agar keutuhannya tetap terselamatkan.
      Kaum muslimin yang murtad berada di bawah pimpinan Musailamah bib Habin, tapi mereka di tumpas dan dikalahkan, mereka kembali ke pangkuan islam. Tentara islam yang menumpas pemberontak bani Hanifah di Albahram, berada di bawah pimpinan Mutsanna inbu Haarithah dan Alfurat. Ternyata mereka adalah pasukan pertama yang menguasai Irak dan yang pertama kali mendirikan emperium islam, walaupun harus ditebus dengan pengorbanan besar.

     Dalam peperangan tersebut telah gugur 1.200 orang dan 39 orang, di antara mereka yang gugur itu adalah penghapal Al Qur'an.
     Salah satu penghapal ayat-ayat Al Qur'an adalah Zaid bi Tsabit. Ia di panggil oleh Abubakar untuk kepentingan usulan Umar Ra. Mereka kemudian bermusyawarah yang juga dihadiri Umar Ra.
Dalam musyawarah itu Abubakar berkata kepada Zaid bin Tsabit,  "Ketika Umar mendesak usulanya, aku menjawab,  "Mengapa aku melakukan sesuatu yang tidak diperbuat oleh Rasulullah?" Tetapi Umar menegaskan, "demi Allah, ini adalah perbuatan baik.  "Akhirnya Allah membukakan hatiku untuk menerima pendapat Umar.  Hai Zazid, engkau adalah seorang pemuda yang cerdas yang kupercayai sepenuhnya. Engkau adalah seorang penulis wahyu yang selalu disuruh oleh Rasulullah, maka kumpulkanlah ayat-ayat Al Qur'an itu."

    Zaid menjawab,   "Demi Allah ini adalah pekerjaan yang berat bagiku. Seandainya aku diperintahkan untuk memindahkan bukit, maka hal itu tidak lebih berat bagiku dari pada mengumpulkan Al Qur'an yang engkau perintahkan itu, ya Abubakar."
    Kemudian Zaid bertanya kepada Abubakar dan Umar,  "Mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak diperbuat Rasulullah?"
Abubakar menjawab, "Demi Allah, ini adalah perbuatan yang baik."
Lalu Zaid pun mengumpulkan ayat-ayat Al Qur'an yang tercatat pada daun, pelepah kurma, batu, tanah keras, tulang unta dan dar sahabat-sahabat yang hafal Al Qur'an.

    Zais bin Tsabit bekerja dengan amat teliti. Meskipun dia hapal Al Qur'an secara menyeluruh tapi dia masih merasa perlu mencocokkan hafalan atau catatan-catatan para sahabat dengan disaksikan oleh dua orang saksi.
    Dengan begitu seluruh ayat Al Qur'an telah di tulis oleh Zaid dalam lembaran-lembaran. Ia mengikatnya dengan benang, di susun menurut ayat-ayatnya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw, Kemudian setelah itu ia serahkan kepada Abubakar.
    Lembaran-lembaran itu tetap berada di tangan Abubakar sampai wafat, Mushhaf itu dipindahkan ke rumah Hafshah, putri Umar yang juga istri Rasullullah Saw sampai masa penyusunannya di masa khalifah Utsman Ra.
Sayyidina Ali Ra berkata:
                "Rahmat Allah atas Abubakar, dia lah yang paling besar ganjarannya dalam pengumpulan Al Qur'an



Wasiat Abubakar Assiddih Kepada Umar Ra
      Pesan-pesan berharga yang pernah diucapkan beliau kepada Umar Ra semasa hidupnya dalam dekade dan periode yang berjiwa kenabian akan kami paparkan di bawah:
               "Aku menunjuk kau sebagai khalifah sesudahku dan berpesan padamu agar bertakwa kepada Allah. Bagi Allah, ada amalan yang harus dikerjakan malam hari dan tidak dapat diterimaNya pada siang hari dan ada pula amal perbuatan yang harus dikerjakan pada siang hari yang tidak dapat diterimaNya pada malam hari. Allah tidak akan menerima amalan tambahan (nafilah) sehingga dikerjakan yang wajib. Orang0orang yang berat amal kebajikannya di hari kiamat nanti adalah mereka yang mengikuti kebenaran di dunia. Tapi orang yang selama di dunia condong dan mengikuti kebatilan maka timbangan kebajikannya akan ringan. Allah memanggil ahli surga dengan menyebut perbuatan mereka yang terbaik dan membatasi amal mereka yang buruk. Kalau aku ingat mereka, aku berkata:  "Aku takut menjadi serupa mereka, dan Allah memanggil ahli neraka dengan perbuatan mereka yang paling keji. Bila aku mengingat mereka, aku berkata,  "Aku berharap tidak menjadi serupa mereka.   "Allah menyebut ayat rahmat bersamaan dengan ayat azab dan siksa agar manusia tertarik untuk mengikuti, terancam lalu menjahui kebatilan."

Ucapanya lagi:
                    "Hendaklah manusia mengharapkan kebajikan dari Allah, jangan menjerumuskan diri ke dalam kebinasaan. Kalau engkau telah meresapi pesan-pesanku ini, janganlah ada sesuatu yang gaib yang paling engkau senangi selain kematian yang pasti akan menimpa dirimu.  Tapi kalau engkau mengesampingkan pesnku, maka tidak akan ada sesuatu yang gaib yang lebih engkau benci daripada kematian dan engkau tidak akan bisa menghindar dari azab Allah."


Pujian Siti Aisyah Ra Terhadap Kebajikan
Abubakar Ra
      Setelah Abubakar Ra wafat, maka Siti Aisyah Ra berdiri dekat kuburanya dan berkata,  "Allah menyinari wajahmu dan mensyukuri amal usahamu yang shaleh. Engkau merendahkan dunia dengan hidup membelakanginya  dan engkau memuliakan akhirat dengan hidup menghadapnya. Bencana paling besar sesudah wafat nya Rasulullah Saw adalah kematianmu dan musibah terbesar adalah kepergianmu.  Kitabullah (Al Qur'an) menjanjikan sebai-baiknya hiburan bagimu dan sebaik-baiknya penganti dari kamu. Aku akan memohon janji Allah dengan limpahan kesabaran dan dengan iklas aku akan memohon pengampunan bagimu."


Wafatnya Abubakar Assiddiq Ra
     Abubakar Ra wafat pada hari senin malam selasa, antara magrib dan isya, tanggal 22 Jumadil akhir tahun 13 Hijriah dalam usia 63 tahun, sama dengan usia wafatnya Rasulullah Saw. Dia memangku jabatan selama dua tahun tiga bulan lebih sepuluh hari. Ia meninggalkan lima orang anak, tiga laki-laki dan dua perempuan, yaitu Abdullah, Abdurrahman, Muhammad, Aisyah dan Asmaa (istri Azzubair ibnul Awwam).



Berhenti Bila Anda mengunjungi Kuburan Rasulullah Saw
      Bila anda berkesempatan dapat mengunjungi kuburan Rasulullah Saw di masjid Nabawi, Madinah, maka setelah mendoakan beliau, bergeserlah ke kanan, sekitar satu hasta. Maka anda akan mendapatkan kuburan Abubakar Assiddiq Ra. Pada saat itu hadapkan diri anda ke kepalanya, lalu ucapkan:
                   "Salam bagimu, ya Kahalifah Rasulullah. Salam bagimu pemegang rahasia-rahasia Nabi Saw. Semoga Allah membalas jasa-jasa mu sebagai balasan yang paling afdol terhadap seorang pemimpin umat nabiNya. Engkau telah menjadi sebaik-baiknya khalifah. Engkau merintis jalan dan ajaran Nabi dengan sebaik-baiknya. Engkau membela dan selalu memenangkan islam. Engkau selalu menghubungkan tali silaturahmi . Selamanya engkau menegakkan haq sampai tiba ajalmu. Salam bagimu, rahmat dan bharokah Allah menyertaimu."






Tidak ada komentar:

Posting Komentar