Minggu, 09 September 2012

Thalhah Bin Ubidillah (Syahid yang masih hidup)




       Kemurahan dan kedermawanan Thalhah bin Ubaidillah patut kita contoh dan kita teladani. Dalam hidupnya ia mempunyai tujuan utama yaitu bermurah dalam pengorbanan jiwa.
Thalhah bin Ubaidillah merupakan salah seorang dari delapan orang yang pertama masuk islam, dimana pada saat itu satu orang bernilai seribu orang.
      Sejak awal keislamannya sampai akhir hidupnya dia tidak pernah mengingkari janji, janjinya selalu tepat. Ia juga dikenal sebagai orang jujur, tidak pernah menipu apalagi berkhianat.
Thalhah masuk Islam melalui anak pamannya, Abibakar Assiddiq Ra.


Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat
       Dengan disertai Abubakar Assiddiq, Thalhah pergi menemui Rasulullah Saw. Setelah berhasil jumpa dengan Rasulullah Saw Thalhah mengucapkan niatnya hendak ikut memeluk Dinul haq, Islam. Maka Rasulullah Saw menyuruhnya mengucapkan dua kalimat syahadat.
      Setelah menyatakan keislamannya di hadapan Muhammad Saw, Thalhah dan Abubakar Ra pun pergi. Tetapi di tengah jalan  mereka dicegat oleh Nofel bin Khuwalid yang dikenal dengan "Singa Quraisy", yang terkenal kejam dan bengis. Nofel kemudian memanggil gerombolannya untuk menangkap mereka. Ternyata Thalhah dan Abubakar tidak hanya ditangkap saja. Mereka diikat dalam satu tambang. Semua itu dilakukan Nofel sebagai siksaan atas keislaman Thalhah.
       Oleh karena itu Thalhah dan Abubakar Ra dijuluki "Alqorinan" atau "dua serangkai". Dan sesudah masuk islam Thalhah selalu mendampingi Rasulullah Saw.
       Riwayat hidup Thalhah merupakan hembusan angin yang harum dalam rangkaian sejarah yang agung penuh keteladanan. Oleh karena itu alangkah patutnya bila kita menerapkan sejarah lama untuk masa kini dan merintis jalan yang pernah ditempuh pendahulu kita serta beriman sebagaimana mereka beriman, dan berjihad sebagaimana mereka berjihad.
       Nasib agama kita akan membaik bila kita menempuhnya dengan cara yang ditempuh para pendahulu kita, sebagaimana yang Allah firmankan:
                         "Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya sedang dia menyaksikannya."  (Qaaf 37)

      Thalhah adalah seseorang lelaki yang gagah berani, tidak takut menghadapi kesulitan, kesakitan dan segala macam ujian lainnya. Ia orang yang kokoh dalam mempertahankan pendirian meskipun ketika di jaman jahiliah.
      Ketika pergi ke Syam ia singgah sebentar di Bushra. Di situ ia mendengar ada seorang pastur yang sedang mencari orang yang berasal dari Mekah. Mengetahui hal itu maka Thalhah segera mendekati pastur itu. Ternyata pastur itu menanyakan tentang kemunculan seorang lelaki bernama Ahmad bin Abdullah bin Abdulmuttalib di Mekah, karena kini sudah saatnya dia muncul.
      Setelah pulang dia bertemu Abubakar dan masuk islam sesudah Utsman bin Affan.
Sewaktu perang Badar Thalhah tidak ikut bertempur di medan laga karena pada waktu itu ia diberi tugas khusus oleh Rasulullah Saw sebagai pengintai kafilah Quraisy yang tengah menuju daerah Alhaura.



Perang Uhud
       Bila diingatkan tentang perang Uhud Abubakar Ra selalu teringat pada Thalhah. Ia berkata, "Perang Uhud adalah harinya Thalhah. Pada waktu itu akulah orang pertama yang menjumpai Rasulullah Saw. Ketika melihat aku dan Abu Ubaidah, baginda berkata kepada kami: "Lihatlah saudaramu ini."  Pada waktu itu aku melihat tubuh Thalhah terkena lebih dari tujuh puluh tikaman atau panah dan jari tangannya putus.
       Bagi bangsa Quraisy perang Uhud merupakan tindak balas atas kekalahannya sewaktu perang Badar. Pada waktu pertempuran Uhud kaum muslimin telah memperoleh kemenangan . Pasukan kafir Quraisy kocar-kacir dan mundur dari medan perang. Tapi ketika kaum muslimin melihat mereka mundur, para pemanah yang bertugas di bukit menutup jalur belakang segera berlari turun. Mereka kemudian mengumpulkan barang-barang peninggalan musuh. Mereka mengira pertempuran telah berakir.

       Ternyata pasukan musuh menerobos dari jalur belakang pasukan muslimin benar-benar telah lengah sehingga mereka dapat dipukul dari dua arah, maka mendadak mereka menjadi panik dan tak tahu harus berbuat apa. peristiwa ini akibat dari kesalahan pasukan pemanah yang ditugaskan Rasulullah Saw untuk melindungi pasukan muslimin dari serangan musuh yang berasal dari arah belakang.
       Pertempuran sengitpun terjadilah. Kaum musrikin benar-benar ingin balas dendam. Mereka masing-masing mencari orang yang pernah membunuh keluarga mereka sewaktu perang Badar. Mereka berniat akan membunuh dan memotong-motongnya dengan sadis.

       Semua musyrikin berusaha mencari Rasulullah Saw. Dengan pedang-pedangnya yang tajam dan mengkilat mereka terus mencari Rasulullah Saw. Mereka amat gemas, benci dan penasaran karena sewaktu hijrah ke Madinah  mereka tidak berhasil menemukan Muhammad. Kini, pada saat perang Uhud mereka dengan dendam membara terus mencarinya. Tetapi kaum muslimin melindungi Rasulullah Saw. Mereka melindungi baginda Muhammad Saw dengan tubuhnya dan segala daya. Mereka rela terkena sabetan, tikaman pedang dan anak panah.
       Tombak dan panah menghujam mereka, tetapi mereka tetap bertahan melawan kaum musrikin Quraisy. hati-hati mereka berucap dengan teguh, "Aku korbankan Ayah Ibuku untuk engkau, ya Rasulullah."
       Salah satu diantara mujahid yang melindungi Nabi Saw dengan tulus ikhlas adalah Thalhah. Ia berperawakan tinggi kekar. Ia ayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri. Ia melompat ke arah Rasulullah yang tubuhnya telah berdarah. Di peluknya tubuh baginda dengan tangan kiri dan dadanya. Sementara pedang yang ada di tangan kanannya ia ayunkan ke arah lawan yang mengelilingi seperti laron yang tidak memperdulikan maut.
        Alhamdulillah Rasulullah selamat. Peristiwa ini merupakan pelajaran dan pengalaman pahit yang tidak terlupakan.
         Itulah sekilas uraian tentang keteguhan dan pengorbanan Thalhah melindungi RasulNya. Thalhah memang merupakan salah  seorang pahlawan  dalam barisan perang Uhud. Ia siap berkorban membela Nabi Saw. Ia memang patut ditempatkan pada barisan depan karena Allah telah menganugerahkan kepada dirinya tubuh yang kuat dan kekar, keimanan yang teguh dan keikhlasan pada agama Allah.
         Akhirnya kaum musyrikin pergi meninggalkan medan perang. Mereka mengira Rasulullah Saw telah tewas.
         Alhamdulillah, Rasulullah Saw selamat walaupun dalam keadaan menderita luka-luka. Baginda di papah oleh Thalhah menaiki bukit yang ada di ujung medan pertempuran. Tangan, tubuh dan kakinya diciumi oleh Thalhah, seraya berkata, "Aku tebus engkau Ya Rasulullah dengan ayah ibuku."
Nabi tersenyum dan berkata, "Engkau adalah Thalhah kebajukan."
Di hadapan para sahabat Nabi Saw bersabda, "Keharusan bagi Thalhah adalah memperoleh ..." Yang dimaksut nabi Saw adalah memperoleh surga.
          Sejak peristiwa Uhud itulah Thalhah mendapat julukan "Burung elang hari Uhud."


Ketika Thalhah Hijrah
            Pada waktu hijarah ke Madinah Rasulullah Saw pergi dengan Abubakar Ra, sedangkan Ruqayah, putri Rasulullah Saw pergi dengan suaminya, Utsman Ra. Adapu zainab, putri sulung Rasulullah  tidak hijrah karena ia menetap di Mekah bersama suaminya Abdul Aash ibnu Arrabi yang masih kafir.
           Adapun Ummu Kaltum dan fathimah tengah menunggu orang yang akan menemani dan mengawal mereka sehingga bisa selamat sampai kota Madinah. Dan Thalhah mendapat kehormatan untuk menyertai mereka.
           Pengawalan kafilah diserahkan kepada Zaid bin Haarithah dan Utsman bin Zaid. kafilah berangkat ke Madinah, mereka yang ikut serta dalam rombongan itu antara lain Fathimah, ummu Kalthum dan istri Rasulullah Saw Ummul mukminin yaitu Saudah binti Zum'ah dan Ummu Aiman Ra.


Thalhah Yang Dermawan
           Pernahkah anda melihat sungai yang airnya mengalir terus menerus megairi dataran dan lembah?  Begitulah Thalhah bin Ubaidillah.
           Ia adalah salah seorang dari kaum muslimin yang kaya raya, tapi pemurah dan dermawan. Istrinya bernama Su'da binti Auf. Pada suatu hari istrinya melihat Thalhah sedang murung dan duduk termenung sedih. Melihat keadaan suaminya, sang istri segera menanyakan penyebab kesedihannya, dan Thalhah menjawab, "Uang yang ada ditangan ku sekarang ini begitu banyak sehingga memusingkanku. Apa yang harus kulakukan?"
Maka istri berkata, "Uang yang ada di tangan mu itu bagi-bagikanlah kepada fakir miskin."
Maka dibagi-bagikannyalah seluruh uang yang ada di tangan Thalhah tanpa meninggalkan sepeserpun.
          Assaib bin Zaid pun berkata tentang Thalhah. katanya, "Aku berkawan dengan Thalhah baik dalam perjalanan maupun sewaktu bermukim. Aku melihat tidak ada seorangpun yang lebih dermawan dari dia terhadap kaum muslimin. Ia mendermakan uang, sandang dan pangannya."
          Jabir bin Abdullah pun bertutur, "Aku tidak pernah melihat orang yang lebih dermawan dari Thalhah walaupun tanpa diminta."
          Oleh karena itu patutlah jika dia dijuluki, "Thalhah si dermawan", Tahlhah si pengalir harta," Thalhah kebaikan dan kebajikan."


Wafatnya Thalhah
          Sewaktu terjadi pertempuran "Aljamal" , Thalhah bertemu dengan Ali Ra. Ali Ra memperingatkannya agar mundur ke barisan paling belakang. Sebuah panah mengenai betisnya maka dia segera dipinfahkan ke Basra dan tak berapa lama kemudian karena lukanya yang cukup dalam ia wafat.
          Thalhah wafat pada usia enam puluh tahun dan dukubur di suatu tempat dekat padang rimput Basra.
Rasulullah Saw pernah berkata kepada para sahabat Ra, "Orang ini termasuk yang gugur dan barang siapa senang melihat seorang syahid berjalan di atas bumi maka lihatlah Thalhah."
Hal ini juga dikatakan Allah dalam firmanya:
                       "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka diantara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya."
(Al Ahzaab 23)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar