Jumat, 14 September 2012

Abdurrahman bin Auf (Pedagang Besar Yang Sukses)


Orang Ketujuh dari Kesepuluh Orang yang Dikabarkan 
Masuk Surga

           Abdurrahman bin Auf adalah kawan akrab Abubakar Assiddiq Ra. Oleh karena itu Abubakar menawarkan Islam kepadnya, Abdurrahman langsung menerimanya.
Dalam sejarah Islam dia dicatat sebagai orang kedelapan yang pertama masuk Islam dan orang kelima yang diislamkan Abubakar Ra.
            Perang Uhud telah memberi bekas lebih dari dua puluh luka dalam tubuhnya dan salah satu lukanya menyebabkan dia pincang. Perang Uhud juga menyebabkan beberapa giginya rontok sehingga mempengaruhi ucapan dan tutur katanya.
            Dalam lubuk hatinya telah terhujam hijrah dan jihadnya fisabilillah semata-mata untuk mengibarkan panji Islam dan untuk meninggikan kejayaannya.
Abdurrahman telah mengenal jalan ke surga. Oleh karena itu ia ingin memperolehnya dengan pemberian dan pengorbanan. Pemberian dan pengorbanan dengan seluruh harta dan jiwa raganya. Pengorbanan dengan jiwa raga adalah puncak dari segala kemurahan hati.
            Abdurrahman bin Auf menyatakan keislamannya sebelum Rasulullah Saw menetapkan rumah Alarqam bin Abi Alarqam sebagai pusat dakwah.


Seorang Pedangan Ilahi Rahmani
         Abdurrahman sangat mahir berdagang. Ia menguasai perekonomian dan keuangan. lagi pula hidupnya selalu disertai dengan kemujuran taufik dan barokah.
         Dia pernak berkata, "Anda akan melihat aku, tiap saat aku mengangkat batu aku berharap menemukan di bawahnya emas atau perak."
         Tapi kegiatannya dalam perdagangan tidak menghambat pelaksanaan akidahnya yang telah diyakini dan diperjuangkannya. Selalu siap menanggung resiko dan akibatnya.


Berhijrah Kepada Allah
          Setelah gangguan dan siksaan Quraisy mengganas, Abdurrahman pergi hijrah ke Habasyah. Sekembalinya dari Habasyah ia mendapat gangguan dan gangguan itu semakin memuncak tatkala dia hijrah kembali ke Habasyah untuk kedua kalinya. Hijrahnya ini ia lakukan karena keadaannya sudah sangat tertindas.  Bukankah caranya melarikan diri itu membuktikan kelemahan jiwanya?
           Ya, memang benar, tapi dia melarikan diri untuk mempertahankan dan menyelamatkan agamanya. Dia melarikan diri kepada Allah Robbul Alamin dari cengkraman manusia-manusia yang sesat. Itu adalah hak kaum lemah di muka bumi untuk menyelamatkan agama mereka sedapat mungkin agar mereka dan dakwahnya tidak dibantai dalam buaian.
           Bumi Allah itu amat luas dan barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscahnya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah  yang luas dan rezeki yang banyak.
           Itulah isyarat dari Al Qur'an bagi orang yang mampu berupaya dan mendapat jalan yang mudah.
Allah Ta'ala berfirman:
                    "Sesungguhnya orang-orang yang di wafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?"  Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah). "Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?"  Orang-orang itu tempatnya neraka jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.

"Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah)."

"Mereka itu mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun."

"Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscahya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa ke luar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan rasulNya, kemudian kematiannya menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dimaksud), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."   (An Nisaa 97-100)

        Abdurrahman bin Auf adalah salah seorang pilar dakwah Islamiah dan salah seorang yang dibina dan dipersiapkan Nabi Saw untuk membawa panji dan penyebaran agama Islam. Ketika hijrah ke Madinah seluruh harta kekayaan dan perdaganganya disita dan dirampas Quraisy, penguasa Mekah.
       Begitu pula halnya dengan harta kekayaan Shuhaib Arrumi. Hartanya di sita sebagai imbalan dan syarat diijinkanya berhijrah.
          Ketika mendengar peristiwa tersebut Nabi Saw bersabda:
                                      "Demi Allah, Shuhaib beruntung."
   
Abdurrahman Memulai Yang Lebih Tinggi dari
Kekayaan Dunia
          Di kota Madinah kaum Muhajirin dan Ansor hidup rukun sekali. Dukungan serta bantuan dari kaum Ansor sangat besar sehingga tidak pernah ada pertolongan yang sebesar itu dalam sejarah sebelumnya.
          Kaum Ansor mengutamakan kaum Muhajirin di atas kepentingan diri mereka sendiri walaupun mereka dalam kesusahan dan kesempitan. Tapi kaum Muhajirin tidak ingin selalu menjadi beban orang lain karena Islam membina umat ke arah hidup mulia, terhormat dan mendorong orang bekerja dan berusaha.
          Kaum Ansor petani, sedangkan kaum Muhajirin pada umumnya pedagang.
Rasulullah Saw mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Ansor. Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa'ad ibnu Arrabil Alausari, orang yang kaya raya.
Saad berkata kepada Abdurrahman, "Hartaku seluruhnya separoh untuk kamu dan aku akan berusaha mengawinkan kamu."
          Abdurrahman menjawab, "Semoga Allah memberkahi keluarga dan harta mu. Tunjukkan saja dimana tempat pasar perdagangan di Mekah?"
Sa'ad menjawab, "Oh baiklah, ada, yakni pasar bani Qainuqaa."

          Abdurrahman memulai usahanya dengan berdagang keju dan minyak samin. Tak lama kemudian dia sudah dapat mengumpulkan sedikit uang dari hasil keuntungan daganganya.
Rasulullah Saw bertanya kepadanya, "Apakah kamu sudah menikah?"
Abdurrahman menjawab, "Benar, Ya Rasulullah."
Nabi Saw bertanya, "Dengan siapa?"
Abdurrahman menjawab, "Dengan wanita dari Ansor."
Nabi Saw bertanya, "Berapa mahar yang kamu berikan?"
Abdurrahman menjawab, "Sebutir emas" (maksudnya emas seperti dan seberat sebutir kurma).
Nabi menyuruhnya, "Adakah walimah meskipun dengan seekor domba."
Lalu Abdurrahman mengundang kaum Muhajirin dan Ansor dalam suatu walimah sebagai pengumuman tentang perkawinannya.
           Rasulullah Saw menghendaki kaum muslimin meneladani perjuangan, usaha dan kerja Abdurrahman bin Auf yang telah berhasil merintis jalan ke arah hidup mulia dan terhormat. Tangn di atas lebih baik dari tangan yang di bawah, seperti yang disabdakan Rasulullah Saw:
                       "Tiada ada sesuatu makanan yang baik melebihi apa yang dihasilkan dari usahanya sendiri. Nabi Allah Daud makan dari usahanya sendiri."      (HR. Bukhari)

"Seorang yang mencari kayu lalu memangulnya di atas pundaknya lebih baik baginya dari mengemis yang kadang kala diberi atau ditolak."        (HR. Bukhari)

Nabi Saw bertanya, "Penghasilan apa yang paling baik?"
Maka beliau menjawab, "Apa yang dihasilkan orang dari pekerjaan tangannya dan semua jual beli mabrur."    (HR. Bukhari dan Al-Hakim)

            Dengan anjuran dan bimbingan Nabi Saw, kaum muslimin bangkit. Di antara mereka ada yang menjadi petani, pedagang, pandai besi, penjahit, buruh pekerja dan lain-lain, dan tidak seorangpun yang menganggur.
            Kegiatan dan gerakan itu diikuti oleh kaum wanita. Seorang wanita datang kepada Nabi Saw sambil membawa sehelai mantel untuk dihadiahkan kepada beliau , seraya berkata, "Ya Rasulullah Saw mantel ini aku tenun sendiri dengan tanganku." Rasulullaj menerima hadiahnya itu (HR. Bukhari)
            Abdurrahman bin Auf sukses dalam perdagangannya dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Nabi Saw. Ia selalu menghiasi dirinya dengan adab sopan islami sehingga Allah memberkahinya dan menbimbing langkah-langkahnya.
            Setelah menjadi orang kaya raya, Nabi Saw berkata kepadanya, "Hai Abdurrahman ibnu Auf, kamu sekarang menjadi orang kaya dan kamu akan masuk surga dengan merangkak (mengingsur). Pinjamkanlah hartamu kepada Allah agar lancar kedua kakimu."  (HR. Alhaakim dalam Amustadrak)
            Pesan-pesan Nabi Saw tersebut amat menyentuh hatinya, oleh karena itu sejak saat itu dia banyak beramal sodakoh dan Allah melipat gandakan kekayaannya.
Dia bersaing dengan Utsman bin Affan dalam membiayai pasukan Islam yakni dengan menyerahkan separoh kekayaannya kepada Rasulullah Saw.
           Ketika menerimanya, Nabi Saw berdoa:
                    "Semoga Allah memberkahi dalam apa yang kamu tahan dan kamu berikan."
Kemudian turun ayat firman Allah Swt:
                    "Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan menyakiti (perasaan si penerima) mereka memperoleh pahala di sisi Rabb mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati."

        Ketika telah dekat ajalnya Abdurrahman ibnu Auf berwasiat agar setiap kaum muslimin peserta perang Badar yang masih hidup di beri empat ratus dinar dari harta warisannya, dan ternyata peserta perang Badar yang masih berjumlah seratus orang, termasuk Utsman Ra dan Ali Ra.
        Dia juga berwasiat agar sejumlah besar uangnya diberikan kepada ummahatul mukminin (janda-janda Nabi Saw), sehingga Aisyah berdoa:
                         "Semoga Allah memberi minum kepadanya air dari mata air Salsabil di surga."

        Dan Ali Ra berkata sesudah Abdurrahman wafat. Katanya, "Pergilah wahai ibnu Auf. Kamu telah memperoleh jernihnya dan telah meninggalkan kepalsuannya (keburukannya)."  (HR. Al Haakim)
        Ini berarti Abdurrahman ibnu Auf telah memperoleh pahala dari harta yang diinfakkannya, dan ia meninggalkan akibat buruk dari harta yang ditinggalkannya.


Cita-cita Yang Lebih Tinggi dari kekayaan Dunia
         Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas Ra:
                        "Ketika Siti Aisyah Ra sedang di rumahnya dia mendengar suara gaduh menggema di kota Madinah. Aisyah bertanya, "Kejadian apa itu?"
         Dijawab, "Kafilah unta milik Abdurrahman bin Auf tiba dari Syam membawa segala macam barang sebanyak tujuh ratus unta."
         Aisyah berkata, "Aku pernah mendengar Nabi Saw bersabda: "Aku lihat Abdurrahman bin Auf memasuki surga dengan merangkak."
         Ucapan Aisyah sampai kepada Abdurrahman, lalu dia berkata: "Kalau bisa aku akan masuk surga dengan melangkah (berjalan kaki)."
Lalu di bagikannya seluruhnya, muatan dan segala isinya fisabilillah.
         Ketika wafat jenazah Abdurrahman bin Auf disholati oleh Utsman Ra dan diusung oleh Sa'ad bin Abi Waqqash Ra. Ia wafat dalam usia 75 tahun dan dimakamkan di pemakan Albaqii.







3 komentar:

abinezidna mengatakan...

subhanallah...

Unknown mengatakan...

Semoga Bermanfaat

Sobt, "AamiiN.

jaanns_shahr mengatakan...

maaf dari apa yg saya tahu banyak ulama meletakan hadis ini sebagai hadis palsu
http://www.fimadani.com/kisah-abdurrahman-bin-auf-memasuki-surga-dengan-merangkak/
http://sukahadis.blogspot.com/2009/02/blog-post.html

Posting Komentar