Rabu, 05 September 2012

Utsman Ibnu Affan Dzunnurain




        Terbunuhnya khalifah kedua, Umar ibnul Khattab Ra menandakan permulaan jaman baru. Pada waktu itu kaum muslimin memang tidak bergeser dari panji-panji dan prinsip-prinsip mereka, tapi mereka didesak oleh adanya hubungan-hubungan baru, dan adat istiadat baru yang melanda mereka, juga oleh kesulitan-kesulitan sehingga memaksa mereka menaggalkan hasrat dan kehendaknya dalam pencaturan dunia.
        Untuk menghadapi dan mengatasi semua itu, takdir Allah telah memanggil Utsman ibnu Affan untuk memikul beban tanggung jawab yang mengerikan yaitu tanggung jawab memelihara dan mempertahankan jiwa kehidupan periode kenabian. Juga bertanggung jawab dalam menanggulangi pengaruh jaman kerajaan (emperium).


Awal Mula Utsman Masuk Islam
        Takdir Allah lah yang telah menentukan Utsman untuk menyertai rombongan pertama yang menerima hidayah dan agama Allah.
Utsman termasuk salah satu dari ke tujuh orang yang selalu mendampingi menyertai perjuangan Rasulullah Saw. Dia amat mengenal siapa dan bagaimana Muhammad ketika pertama menjadi nabi. Dia mengetahui dengan sebenar-benarnya ucapan Muhammad.
        Pada suatu hari ketika pulang dari perjalanan dagangnya ke Syam, dan ketika rombongan khalifahnya beristirahat di tempat teduh (antara Ma'an dan Azzaqa), Utsman dan kawan-kawannya tertidur.
Ketika sedang tidur, tiba-tiba ia bermimpi mendengar suara yang menyeru mereka agar bangun karena orang yang bernama "AHMAD" telah muncul di kota Makkah.
        Rupanya telah sampai berita gembira kepada Utsman tentang hadirnya seorang nabi Allah, nabi akhir jaman. Mendapat beruta itu, apakah Utsman bersifat pasif atau ragu?
Ternyata "tidak!" Sifatnya yang pemalu, kelapangan dadanya dan kemurahan jiwanya mendorongnya untuk bertemu dengan Muhammad Saw. Itulah awal keislamannya.


Sifatnya Yang Pemalu
        Setiap sahabat nabi Saw memiliki keistimewaan sifat, baik yang tampak dalam ucapannya maupun dalam amal perbuatannya. Oleh karena itu Rasulullah Saw mengemukakan titik kelebihan mereka agar dapat dijadikan contoh. Beliau bersabda:
                              "Orang yang paling kasih sayang antara umatku ialah Abubakar, dan paling teguh dalam memelihara ajaran Allah ialah Umar, dan yang paling bersifat pemalu ialah Utsman."
(HR. Ahmad, Ibnu Maajah, Alhakim, Attirmidzi)

        Sifat pemalu itulah yang mendorong Utsman Ra menjadi orang dermawan yang penuh welas asih, sehingga ketika Rasulullah Saw tengah mempersiapkan pasukan, "Al' usrah", seluruh biayanya ditanggung oleh Utsman seorang diri. Rasulullah Saw menyambutnya dengan ucapan:
                         "Tidak akan ada sesuatu yang dapat membahayakan Utsman dengan apa yang dia lakukan hari ini. Ya, Allah, ridhoilah Utsman, sesungguhnya aku ridho kepadanya." (HR. Attirmidzi)


Mengatasi Kesulitan Kaum Muhajirin
         Ketika kaum muslimin hijrah dari Makah ke Madinah, mereka dihadapkan pada masalah kesulitan air. Di sana memang ada sebuah sumur, tapi sumur itu milik seorang Yahudi dan airnya sengaja ia perdagangkan. Hijrahnya kaum muslimin ke Madinah amat menggembirakan karena memberinya kesempatan untuk memperoleh uang yang banyak dari hasil penjualan air sumurnya.
        Oleh karena itu Rasulullah Saw amar berharap ada salah satu seorang sahabat yang mampu membeli sumur itu untuk meringankan beban kaum Muhajirin yang telah menderita karena harta benda mereka tinggalkan di Mekah. Mengetahui kejadian itu, Utsman Ra pergi ke rumah orang Yahudi itu untuk membeli separuh sumur tersebut. Setelah tawar menawar disepakati harga separo sumur itu 12.000 dirham dan dengan perjanjian satu hari hak orang Yahudi, dan ke esokan harinya untuk Utsman.
     
         Pada giliran hak Utsman, kaum muslimin bergegas mengambil air yang cukup untuk kebutuhan dua hari. Dengan demikian si Yahudi merasa rugi, karena tidak ada lagi yang membeli air pada gilirannya.
Orang Yahudi tersebut mengeluh kepada Utsman, dan akhirnya dia menjual separuh separuh sumur itu kepada Utsman dengan harga 8.000 dirham.
         Sumur "Raumah" mengalirkan air yang melimpah bagi kaum muslim dengan gratis.
Itulah kedermawanan Utsman Ra. Alangkah jauhnya akhlak kaum muslim dewasa ini dengan akhlak yang dimiliki para sahabat Rasulullah Saw dahulu.
         Alangkah besarnya beban yang diderita kaum muslimin dewasa ini, tapi siapakah yang berkeinginan dan dapat meringankan beban-beban itu?
Stelah peristiwa tersebut, Rasulullah Saw menikahkan putrinya, Ummu Kalthum dengan Utsman Ra. Sebelumnya Utsman beristrikan Ruqayah, putri Rasulullah Saw yang kedua, tapi ia telah wafat.
         Oleh karena itulah, Utsman Ra mendapat julukan "Dzannurain" yang memiliki dua cahaya. Yang dimaksut dua cahaya ialah mengawini dua orang putri Rasulullah Saw.


Pemberian Allah Berlipat Sepuluh
         Di masa khalifah Abubakar Assiddiq Ra kaum muslimin dilanda paceklik yang dahsyat. Mereka mendatangi khalifah Abubakar dan berkata, "Wahai khalifah Rasulullah, langit tidak menurunkan hujan dan bumi kering tidak menumbuhkan tanaman, dan orang-orang meramalkan datangnya bencana, maka apa yang harus kita lakukan?"
        Abubakar Ra menjawab, "Pergilah den sabarlah. Aku berharap sebelum tiba malam hari Allah akan meringankan kesulitan kalian."
Pada sore harinya di Syam ada sebuah kafilah yang terdiri dari seribu unta yang mengangkut gandum, minyak  dan kismis. Unta itu kemudian berhenti di depan rumah Utsman, lalu mereka menurunkan muatannya. Tak lama kemudian para pedagang datang menemui Utsman, si pedagang kaya, dengan maksud membeli barang-barang tersebut.

        Lalu Utsman berkata kepada merak, "Dengan segala senang hati. Berapa banyak keuntungan yang akan kalian berikan?"
Mereka menjawab,"Dua kali lipat."
Utsman menjawab, "Wah sayang, sudah ada penawaran lebih."
Para pedagang itu kemudian menawar empat sampai lima kali lipat, tetapi Utsman tetap menolak dengan alasan sudah ada penawar yang akan memberi lebih banyak.
        Para pedagang menjadi penasaran, lalu berkata lagi pada Utsman, "wahai Utsman, di Madinah tidak ada pedagang selain kami, dan tidak ada yang mendahului kami dalam penawaran. Siapa yang berani memberi lebih?"  Utsman menjawab, "Allah Swt memberi lebih kepadaku sepuluh kali lipat, apakah kalian bisa memberi lebih dari itu?"

       Mereka serempak menjawab, "Tidak."
Utsman berkata lagi, "Aku menjadikan Allah sebagai saksi bahwa seluruh yang dibawa kafilah itu adalah sodaqoh karena Allah, untuk fakir miskin dari kaum muslimin."
      Sore itu juga Utsman Ra membagi-bagikan seluruh makanan yang dibawa onta tadi kepada setiap fakir dan miskin. Mereka semua mendapat bagian yang cukup untuk kebutuhan keluarganya masing-masing dalam jangka waktu yang lama.


Orang Yang Disegani Malaikat
        Siti Aisyah Ra meriwayatkan bahwa pada suatu hari Abubakar minta ijin bertemu Rasulullah Saw. Pada waktu itu Rasulullah sedang berbaring dan gamisnya terangkat sehingga salah satu betisnya tampak.
Selesai berbincang-bincang, Abubakar pun segera pulang. Kemudian datang Umar, dan setelah berbincang-bincang beberapa waktu lamanya, Umar pun pulang.
        Kebetulan Utsman datang dan minta ijin bertemu dengannya. Mendengar Utsman yang datang, Rasulullah tiba-tiba duduk dan merapihkan pakaiannya, lalu menutupi betisnya yang terbuka tadi.
Setelah Utsman pulang, Aisyah bertanya, "Ya, Rasulullah, engkau tidak bersiap bagi kedatangan Abubakar dan Umar sebagaimana kepada Utsman."
Rasulullah Saw menjawab, "Utsman seorang pemalu. kalau dia masuk sedang aku masih berbaring, dia pasti malu untuk masuk dan cepat-cepat pulang sebelum menyelesaikan hajatnya. Hai, Aisyah, tidakkah aku patut malu kepada seorang yang dimalui (disegani)  oleh para malaikat?" (HR. Ahmad)

       Rasulullah Saw telah mengangkat malu ke permukaan sebagai teladan dan pelita dalam mendidik umat. Bukankah Rasulullah Saw bersifat pemalu bahkan lebih pemalu dari seorang gadis dalam pingitannya?
      Bukankah beliau juga bersabda:
                                   "Malu tiada menimbulkan kecuali kebaikan?"

     Para penyair juga menyanyikan sajak tentang malu sebagai berikut:
                         Seorang tetap dalam kebaikan selama bersifat pemalu - Kayu gahru tetap berharga selama ada kulitnya - Demi anda dan ayah anda, tidak ada kebaikan dalam kehidupan - Dan tidak pula di dunia bilang hilang malunya.


Mushhaf Utsmani
         Suatu amal perbuatan yang mulia, langgeng sampai hari kiamat ialah apa yang dilakukan Utsman Ra.
Ayat-ayat ayang telah dikumpulkan dan tertulis dalam lembaran-lembaran yang ditulis di masa khalifah Abubakar dan tersimpan di rumah Hafshah sesudah wafatnya Umar Ra diambil oleh Utsman Ra. Kemudian untuk kepentingan itu, Utsman membentuk sebuah panitia yang diketahui oleh Zaid bin Tsabit, dengan Abdullah bin Zubair, Said bin Aash dan Abdurrahman bin Haarits bin Hisyam sebagai angota.
        Tugas panitia ini ialah membukukan Al Qur'an, yaitu dengan cara menyalin dari lembaran-lembaran sampai menjadi buku. Dalam melaksanakan tugas ini, Utsman Ra memberi nasihat agar mengambil pedoman kepada bacaan orang-orang yang hafal Al Qur'an. Jika ada perselisihan di antara mereka dalam bacaannya maka ayat-ayat tersebut harus ditulis menurut lahjah (dialek) suku Quraisy karena Al Qur'an di turunkan menurut dialek mereka.

        Setelah tugas tersebut selesai, Utsman mengembalikan lembaran-lembaran Al Qur'an itu kepada Hafshah. kemudian lembaran-lembaran itu dimusnahkan dengan dipendam di tanah antara kuburan Rasulullah Saw dengan mimbar.
        Al Qur'an yang telah di bukukan di beri nama "Al Mushhaf".
Yang sebuah ada di tangan khalifah Utsman (di Madinah) dan empat buah lagi lagi dikirim ke Makah, Syria, Basrah dan Kufah agar di tempat-tempat tersebut di salin. Adapun Mushhaf yang berada di tangan Umar dinamakan, "Mushhaf Al Imam". Dari Mushhaf yang ditulis di jaman Utsman itulah kaum muslimin di seluruh pelosok menyalin dan memperbanyak Al Qur'an.
        Allah Swt hendak menyelamatkan Al Qur'an dari segala upaya perubahan. Dia telah memelihara kemurnian dan kelangsungannya sampai hari kiamat.
        Allah Swt berfirman:
                                "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami (pulalah) yang memelihara."   (Al Hijr 9)
         Utsman Ra akan tetap selalu dikenang sebagai orang yang paling berjasa dalam bidang ini.


Kepribadian dan Perjalanan Hidupnya
         Utsman Ra adalah seorang yang bertakwa, selalu bersikap wara'. Tengah malam tak pernah ia sia-siakan. Ia manfaatkan waktu itu untuk mengaji Al Qur'an, dan  setiap tahun ia menunaikan ibadah haji. Bila sedang berzikir dari matanya mengalir air mata haru. Ia selalu bersegera dalam segala amal kebajikan dan kepentingan umat. Ia juga dermawan dan penuh welas asih. Ia telah melakukan hijrah sebanyak dua kali, pertama ke Habasyah, dan yang kedua ke Madinah.
Laknat dan kutukan Allah bagi siapa saja yang membenci Utsman Ra.


Utsman dan perluasan Da'wah Islamiah
        Di masa khalifah Utsman Ra perluasan wilayah islamiah mengalami jaman keemasan. Pada tahun ke-24 Hijriah, Utsman Ra mengirim pasukan tentara yang berada di bawah komando Alwalid bin Aqobah menuju Azerbaijan dan Armenia, karena kedua negeri itu telah membatalkan perjanjian yang dibuat dengan kaum muslimin pada masa khalifah Umar Ra.
        Penduduk Azerbaijan dan Armenia yakin mereka akan dapat dibabat oleh pasukan tentara Utsman. Oleh karena itu mereka kembali sepakat akan memenuhi perjanjian yang telah dibuat oleh Huzaifah ibnul Yaman sehingga tentara kaum muslimin kembali pulang tanpa melakukan suatu pertempuran apapun.
        Pada tahun 25 Hujriah peduduk Iskandariah membatalkan perjanjian karena mereka telah dijanjikan mendapat bantuan dari kerajaan Romawi. Tapi negeri ini segera tunduk dan kembali dikuasai dengan damai oleh kaum muslimin setelah pasukannya menyerbu negeri ini.

        Pada tahun 26 Hijriah panglima tentara muslimin yang terdiri dari 3.300 orang di bawah pimpinan Utsman bin Abil Aash dapat menguasai SABUR dengan damai. Lalu pada tahun 27 Hijriah, Utsman menugaskan Abdullah bin Sa'ad bin Abbi Abi Srah (gubernur Mesir menggantikan Amru ibnul Aash) untuk menyerbu Afrika. Tentara muslimin yang terdiri dari 20.000 orang (termasuk Abdullah bin Umar dan Abdullah ibnu Azzubair) berhadapan dengan kaum Barbar yang terdiri dari 120.000 orang. Mreka di bawah pimpinan rajanya sendiri, yang bernama Jarjir.
        Abdullah ibnu Azzubair berhadapan dengan Jarjir. Dalam peperangan itu, Jarjir dipengal kepalanya oleh Azzubair dan dibawa dengan ujung tombak dalam suatu pertempuran dahsyat di suatu tempat yang bernama Sabithalah (dekat Kairawan). Stelah itu mereka menuju Andalusia (Spanyol).
       
       Pada tahun 28 Hijriah tentara muslimin yang berada di bawah pimpinan Muawiyah binAbi Sufyan dapat menguasai pulau Siprus. Lalu pada tahun 29 Hijriah tentara muslimin yang berada di bawah pimpinan Abdullah bin Amir menguasai seluruh wilayah kerajaan Persi. Pada tahun 30 Hijriah tentara muslimin yang dipimpin Said ibnul Aash menguasai Tribistan, dan pada tahun 31 Hijriah terjadi peperangan Dzarish-Shawari yang terkenal dahsyat. Lalu pada tahun 32 Hijriah, Muawiyah bin Abi Sufyan menyerbu wilayah jajahan Romawi sampai ke Konstantinopel.
         Pada tahun yang sama tentara yang dipimpin Ibnu Aamir menguasai Marwarrauz, Thaliqon, Fariab, Juazjan dan Thakharstan.
Para ahli sejarah menganggap masa Utsman Ra sebagai jaman kemenangan kaum muslimin da jaman penaklukkan kekuatan-kekuatan Romawi, Persi dan Turki.



Fitnah Besar dan Terbunuhnya Utsman
         Pada akhir tahun 34 Hijriah daulah islam mulai dilanda fitnah. Yang menjadi sasarannya adalah Utsman Ra sampai mengakibatkan beliau terbunuh pada tahun berikutnya.
Fitnah yang keji datang dari Mesir berupa tuduhan-tuduhan palsu yang dibawa oleh orang-orang yang datang hendak umroh pada bulan Rajab.
        Ali bin Abi Thalib Ra mati-matian membela Utsman dan menyangkal tuduhan mereka. Ali juga menanyakan keluhan dan tuduhan mereka, tapi mereka menjawab, "Utsman membakar mushhaf-mushhaf, shalat penuh (tidak qashar) di Mekah, mengkhususkan sumber air untuk kepentingan dirinya sediri dan mengangkat penjabat dari kalangan muda. Ia juga mengutamakan segala fasilitas untuk Bani Umayyah (golongannya) melebihi orang lain."
        Pada hari Jumat Utsman berkhotbah dan mengangkat tangannya seraya berkata, "Ya, Allah aku beristighfar dan bertobat Kepada-Mu. Aku bertobat atas perbuatanku."
Sayyidina Ali Ra menjawab, "Mushhaf-mushhaf yang dibakar ialah yang mengandung perselisihan dan yang ada sekarang ini adalah yang disepakati bersama kesahan-nya. Adapun shalat penuh (qashar) yang dilakukannya di Mekah adalah karena dia berkeluarga di Mekah dan dia berniat tinggal di sana. Oleh karena itulah shalatnya tidak di qashar. Adapun sumber air yang dikhususkan itu adalah untuk ternak sodaqoh sampai mereka besar, bukan untuk ternak unta dan domba miliknya sendiri. Umar juga pernah melakukan ini sebelumnya. Adapun mengangkat penjabat dari yang berusia muda, hal ini dilakukan karena orang-orang tersebut memang sudah sepantasnya jika dilihat dari kemampuan dan sifat yang dimilikinya. Rasulullah Saw pernah mengangkat Attab bin Usaid, yang berusia dua puluh tahun sebagai wali Mekah. Rasulullah Saw pun mengangkat Usamah bin Zaid bin Harithah yang masih berusia dua puluh tahun menjadi panglima perang, dan banyak juga orang yang mengkritik kepemimpinannya. Adapun dia mengutamakan kaumnya, bani Umayyah, karena Rasulullah Saw sendiri mendahulukan Quraisy daripada bani lainnya. Demi Allah kalau kunci surga di tangan ku, aku akan memasukkan bani Umayyah ke surga.'

         Kemudian Ali Ra menanyakan kepada Utsman agar ia berbicara di hadapan rakyat untuk meminta maaf atas perbuatannya dalam mengutamakan kedudukan bagi keluarganya dengan mengemukakan alasan-alasan.
         Utsman menangis tersedu-sedu sehingga seluruh yang hadirpun ikut menangis. Sesudah itu rakyat sangat bersimpati kepada imam mereka, Utsman Ra. Utsman berjanji akan memperbaiki kesalahan-kesalahannya yang lalu. Setelah itu dia turun dari mimbar dan memimpin shalat, lalu dia pulang.
         Rakyat pulang dengan rasa puas, tapi peniup-peniup api fitnah terus melangsungkan rencana jahatnya. Di antara mereka ada yang menyebarkan tulisan dengan tanda tangan palsu dari para sahabat terkemuka yang menjelek-jelekkan Utsman. Mereka juga menuntut Utsman agar di bunuh.
         Utsman masih tetap mengimami sahalat, dan ketika sedang berkotbah jumat dia di paksa turun dari atas mimbar. Lalu ia dianiaya sampai beberapa tulangnya patah dan kepalanya retak, maka ia segera diangkut ke rumahnya.
         Keadaan semakin parah dan Utsman di kepung di rumahnya lebih dari sebulan. Dia hanya bisa terdiam diri di rumah dan tidak pergi ke masjid.
Pada suatu hari para pembangkang dan pendurhaka menyerbu rumahnya lalu membunuhnya. Mereka tidak menaruh sedikitpun belas kasihan kepada Utsman yang telah berjuang dalam islam dan menginfakkan hartanya untuk peperangan, dan masih banyak lagi amalnya.

         Ibnu Abidunia menyampaikan kisah dari Abdullah bin salaam, "Aku pergi ke rumah Utsman ketika dia sedang di kepung di rumahnya dan aku bertemu dengan dia. Lalu dia berkata, "Selamat datang saudaraku, aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah Saw di suatu lorong yang sempit ini dan beliau berkata:
"Ya Utsman mereka mengepung kamu?"
Aku menjawab, "Ya"
Nabi bertanya lagi, "Dan mereka membuat kamu haus?"
Aku menjawab,"Ya"
Kemudian Nabi Saw memberiku ember berisi air dan aku minum sampai puas dan aku rasakan dinginnya air pada dada dan pundakku, lalu beliau berkata, "Kalau kamu menghendaki, kamu dimenangkan dan kalau kamu menghendaki berbuka puasa di tempat kami."
        Ketika itu Utsman Ra dalam keadaan berpuasa. Utsman Ra berkata, "aku memilih berbuka puasa di tempat Nabi Saw."
Tepat pada sore hari itu Utsman di bunuh. Ia dimakamkan di semak-semak bukit sebelah timur perkuburan Albaqii.
        Ia dikubur hari Jumat 35 Hijriah, tanggal 17 Dzulhijjah dalam usia 80 atau 82 tahun.
Utsman Ra memangku jabatan khalifah selama 11 tahun 11 bulan dan 14 hari. Ia meniggalkan anak-anaknya yang berjumlah 16 orang, 9 laki-laki dan 7 perempuan.
Rahmat Allah bagimu, hai Utsman dan laknat Allah bagi para pembunuhnya dan bagi penyulut fitnah.






Selesai



Tidak ada komentar:

Posting Komentar